Investasi manusia sama pentingnya dengan investasi ekonomi. Pemikiran itu yang melatarbelakangi GAR Ltd dan Sinar Mas Agribusiness and Food menggagas sekolah kebun bagi anak-anak karyawan dan warga sekitar perkebunan kelapa sawit yang mereka kelola. Supaya anak-anak yang ada, tak perlu meretas jarak serta sarana transportasi ke pusat kota yang jauh dan menantang.
Awalnya, keberadaan fasilitas pendidikan di lokasi yang terpencil, jauh dari pusat kota tadi memang arahan pemerintah. Tapi karena GAR dan Sinar Mas Agribusiness and Food mengelolanya layaknya investasi, mereka bergerak menyelenggarakan pendidikan dari tingkat usia dini hingga sekolah menengah, dengan menggandeng Eka Tjipta Foundation (ETF) lewat program peningkatan kualitas sekolah kebun. Hasilnya, sejumlah sekolah – yang dinamakan Sekolah Eka Tjipta – berhasil menyandang status sekolah standar nasional, terakreditasi A.
ETF secara berkala bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI serta dinas pendidikan setempat bergerak ke lapangan melakukan penilaian yang hasilnya digunakan sebagai dasar penyusunan langkah perbaikan. Dari sana, serangkaian pelatihan manajemen bagi sekolah yang berada di bawah naungan perusahaan digelar.
ETF sendiri adalah lembaga yang mewadahi kegiatan sosial perusahaan yang tersebar di berbagai pilar bisnis Sinar Mas. Fokus ETF tertuju pada bidang pendidikan, budaya, dan lingkungan, dengan visi meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat sehingga mampu berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa dan negara Indonesia secara berkelanjutan.
Hasilnya, hampir 300 sekolah kebun telah menjangkau sekitar 30 ribu ‘anak kebun’ dengan bimbingan sekitar 3 ribu guru yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua, yang kualitasnya terus didorong. Kini, 50 diantaranya telah menyandang nama Sekolah Eka Tjipta. Sekolah yang berlandaskan pada nilai-nilai kehidupan pendiri Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja, yakni “menjadi sekolah yang menghasilkan individu berbudi luhur, berkarakter, berprestasi dan peduli lingkungan,” dan tentu saja berstandar nasional.
Jamal Rosid adalah seorang ‘anak kebun’ yang berhasil mencatatkan prestasi istimewa. Dibawa keluarganya berpindah dari Kebumen, Jawa Tengah, ia melanjutkan studi ke SD Eka Tjipta Terawan, Kalimantan Tengah, pada tahun 2009, di kelas 3. Kedua orang tuanya adalah karyawan PT Bina Sawit Abadi Pratama kebun Terawan.
Terpilih masuk tim Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang akan berlaga di tingkat Kecamatan Danau Seluluk tahun 2011, di bidang matematika, mengharuskan dirinya mengikuti bimbingan khusus selama setahun. Ketika itu, Jamal meraih posisi kedua. Tahun berikutnya ia kembali mengikuti OSN bidang matematika, dan kali ini berhasil menjadi juara 1, yang berarti berhak mewakili Kecamatan Danau Seluluk mengikuti seleksi di tingkat Kabupaten Seruyan di Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah. Di ajang ini Jamal menjadi yang terbaik.
Keberhasilannya berlanjut saat ajang OSN Matematika Tingkat Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2012, dengan kembali meraih posisi pertama. Sebagai yang terbaik di tingkat provinsi, Jamal melanjutkan langkahnya berkompetisi ke OSN tingkat nasional di Jakarta. Meskipun di tingkat nasional, ia belum berhasil, namun perjalanan prestasinya adalah contoh. ‘Anak kebun’ tak bersekolah? Itu cerita lama. Sekarang ini, ‘anak kebun’ mencatatkan prestasi di sekolah.