Asuransi Sinar Mas (ASM) memiliki tiga portofolio terbesar, yakni di properti, otomotif, dan kesehatan. Tahun ini, dua industri pertama sedang mengalami pertumbuhan yang melambat. Namun, ASM masih bisa tumbuh di kisaran 7% pada tahun 2017. Proporsi portofolio terbesar datang dari properti yang mencapai 40%. Lalu, disusul oleh kendaraan bermotor, utamanya mobil, yang menyumbang 18%. Sedangkan, asuransi kesehatan 12%, sisanya lain-lain.
Bagaimana ASM bisa meraih pertumbuhan? Menurut Direktur PT Asuransi Sinar Mas, Dumasi Marisina Magdalena Samosir ada beberapa strategi yang mereka lakukan pada tahun yang sulit untuk asuransi umum ini. Di antaranya adalah dengan menggali potensi pada existing customer dari ASM.
“Kami sudah memprediksi bahwa tahun 2017 tidak lebih mudah dari tahun lalu. Untuk mendapatkan bisnis baru, kami memilih untuk lebih intens dalam memberikan layanan yang berbeda ke existing customer. Dengan begitu, mereka akan memberikan porsi yang lebih besar kepada kami,” katanya.
Dengan kata lain, ASM berupaya merebut hati konsumen lebih dalam lagi. Hal ini dilakukan dengan memberikan layanan di luar ekspektasi konsumen, namun tidak over promising. Lalu, juga menyediakan additional services ke nasabah. Dan, yang utama adalah menepati janji ke konsumen. Katakanlah, dalam klausul tersebut bahwa klaim akan dibayar dalam tujuh hari, maka ASM berupaya melakukannya kurang dari jangka waktu itu.
“Kami juga memiliki Apotik Simas Sehat yang bisa melayani keluarga inti dari karyawan yang memiiliki polis. Misalnya, orang tua atau saudara butuh obat, nasabah bisa membelikannya di apotik kami. Bahkan, kami juga bisa mengonsultasikan keluhan suatu penyakit ke 11 rumah sakit rekanan kami di luar negeri secara gratis. Ini juga berlaku untuk keluarga non-inti. Inilah additional service yang kami berikan,” katanya.
Tapi, itu saja belum cukup. ASM juga tetap mencari celah bisnis baru yang basisnya tetap mengandalkan konsumen yang sudah ada. Sehingga, perusahaan ini pun mencoba menawarkan asuransi penjaminan dan asuransi individual untuk kesehatan. “Sekarang ini, proyek infrastruktur sedang marak dan ini adalah peluang baru untuk mengisi pasar otomotif yang sedang stagnan,” katanya.
Tahun ini, ASM menargetkan pendapatan premi mencapai Rp 5,8 triliun. Hingga September 2017 sudah tercapai di angka Rp 4,5 triliun. Target untuk tahun depan di kisaran Rp 6,2 triliun. “Untuk mencapai ini, saya selalu menekankan ke para agen untuk selalu berpikir profit, bukan sekadar mendapatkan nasabah baru. Selain itu, kami juga kembangkan ritel lewat affinity,” pungkas Dumasi.
Sumber: Marketeers.com