Industrialisasi di sektor kehutanan kerap diidentikkan dengan teknologi tinggi yang jauh dari kearifan lokal, semakin sedikit menggunakan tenaga manusia, bahkan mengesampingkan keberadaan masyarakat sekitar. Namun yang sesungguhnya yang terjadi adalah perpaduan antara keduanya. Saat Sinar Mas Forestry (SMF) – selaku pemasok bahan baku eksklusif bagi Asia Pulp & Paper Sinar Mas – pada tahun 1993 mulai melakukan pengembangan varietas unggulan, banyak yang mengira jika pembibitan tanaman seperti itu hanya dapat dilakukan pada fasilitas berteknologi tinggi, dengan biaya yang juga mahal. Ternyata, klon Acacia Crassicarpa dan Eucalyptus Pellita yang dikembangkan, tak hanya mampu tumbuh ekstra cepat, punya daya tahan istimewa terhadaphama, dan tumbuh dengan sifat-sifat kayu yang lebih baik, tapi juga mudah diperbanyak. Artinya, pembibitannya dapat dilakukan melibatkan potensi masyarakat sekitar.
Terlihat di Dusun Bunut, Desa Pinang Sebatang Barat, Kabupaten Siak, Riau, lokasi pembibitan milik Koperasi Bunut Abadi. Pada tahun 2002, minat warga sekitar pada hutan tanaman rakyat tengah meningkat, sehingga perusahaan terdorong memberikan pendampingan kepada mereka. Seiring berjalannya waktu, muncul potensi lain yang menarik, yakni potensi masyarakat dalam usaha pembibitan. Sebabnya, aktivitas penanaman membutuhkan pasokan bibit berkualitas secara berkesinambungan. Bagaimana masyarakat mampu memenuhi kebutuhan perusahaan menjadi tema sentral kala itu. Di tahun tersebut, PT Arara Abadi, perusahaan di bawah naungan SMF, menginisiasi pembentukan koperasi melalui pendampingan, pelatihan bisnis serta pinjaman modal sehingga warga dapat dilibatkan melakukan pembibitan, kemudian memasoknya kepada perusahaan.
Perlahan namun pasti, koperasi mampu meningkatkan kualitas serta kuantitas bibit yang dihasilkan. Bermula dengan anggota yang hanya 20 orang, bermodalkan pinjaman tanpa bunga sebesar 30 juta rupiah, kini Koperasi Bunut Abadi beranggotakan ratusan orang dengan nilai aset lebih dari 500 juta rupiah. Koperasi Bunut Abadi, tercatat berhasil meningkatkan pendapatan anggotanya hingga 33%-100%. Mereka yang sebelumnya peladang berpindah, kini memiliki penghasilan tetap melalui aktivitas yang lebih ramah lingkungan
Pencapaian ini membuat mereka pada tahun 2005 tampil sebagai Koperasi Berprestasi Harapan II se-Kabupaten Siak, menyusul tahun berikutnya menjadi Koperasi Teladan Harapan I se-Kabupaten Siak, dengan puncaknya pada peringatan Hari Gerakan Koperasi Nasional tanggal 13 Juli 2009 di Samarinda, Kalimantan Timur, Koperasi Bunut Abadi menerima penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Koperasi Berprestasi Tingkat Nasional.