Perkembangan teknologi telah merambah industri keuangan dengan munculnya financial technology(fintech). Dengan fintech, muncul peluang untuk menggarap layanan keuangan tanpa melibatkan pihak konvensional, seperti perbankan. Seiring dengan peluang tersebut, muncul pula tantangan bagi perusahaan keuangan konvensional agar tak dilibas teknologi terbaru tersebut. Kedua hal itu pun ditangkap oleh Sinar Mas sebagai salah satu konglomerasi bisnis di Indonesia yang bergerak di sektor properti, agrobisnis, produk konsumer, hingga telekomunikasi dan keuangan.
“Fintech merupakan metamorfosis dari financial services yang sudah lama digeluti Grup Sinar Mas. Dengan fintech, financial services kini bisa digarap lebih inovatif, cepat dan efisien,” ungkap Roderick Purwana, Direktur Pengelola Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), kepada SWA.
SMDV, yang notabene kepanjangan tangan Sinar Mas untuk berkiprah dalam perkembangan teknologi yang diterjuni para startup, menggeluti fintech dengan alasan kuat. Menurut Roderick, pada akhirnya nanti, semua layanan keuangan akan menggunakan teknologi atau terguncang oleh teknologi. “Jadi, kami ingin lebih awal untuk mengetahui apa yang sudah terjadi dan mulai bertransformasi. Karena kalau tidak begitu, kami akan tertinggal,” katanya.
Fintech pun dipandang dapat mengatasi sebagian permasalahan literasi keuangan di Indonesia yang dianggap sangat memprihatinkan. Contohnya, tantangan penetrasi kartu kredit dan rekening bank yang masing-masing baru berada di kisaran 10% dan 30% dari total penduduk Indonesia. “Solusinya adalah dengan menggunakan mobile payment, atau mobile wallet,” ujar Roderick. “Di Indonesia,opportunity ini masih sangat besar,” lanjutnya.
Total terdapat 15 startup yang disuntik modal SMDV. Tak hanya fintech, SMDV juga berinvestasi distartup bidang lain seperti e-commerce, logistik dan gaming. Salah satu acuan SMDV dalam berinvestasi adalah memilih startup yang sudah memiliki produk yang telah digunakan masyarakat. “Biasanya kami masuk di pendanaan Seri A dan B. Jadi, kami masuk jika sudah ada traksi, perusahaan tersebut akan tumbuh dan permodalan kami ini untuk membantu mereka tumbuh,” kata Roderick.
Cara kerja Uangku, dengan menjadikan nomor ponsel sebagai rekening penyimpanan uang. Fungsinya untuk transfer, pembayaran pembelanjaan serta berbagai tagihan rutin seperti listrik dan pulsa telepon. “Mobile wallet programnya ke arah finansial inclusion, jadi produk business to consumer (B2C) yang tujuannya: kalau tidak memiliki kartu kredit atau bank account tetapi memilikihandphone, bisa memiliki mobile wallet,” Roderick menerangkan.Khusus fintech, SMDV menempuh tiga strategi untuk menjajalnya. Pertama, dengan menelurkan berbagai inovasi yang potensial; kedua, dengan berinvestasi di berbagaistartup yang menggelutifintech, dan terakhir, dengan bekerja sama. Salah satu contoh inovasi fintech yang dikembangkan internal adalah mobile wallet atau e-wallet Uangku yang diterbitkan Smartfren, perusahaan penyedia jasa telekomunikasi milik Grup Sinar Mas. Saat ini Uangku sudah mendapat izin dari Bank Indonesia dan telah digunakan dalam lingkup internal Grup Sinar Mas. Meski demikian, publik juga bisa mengunduh aplikasinya di Google Play Store dan Apple App Store.
Hingga kini terdapat tiga produk khusus fintech yang telah disuntik modal oleh SMDV, yaitu Dimopay, Omise dan Gift Card Indonesia. Dimopay adalah produk mobile payment dengan teknologipay by QR (quick response). Keunggulan Dimopay, layanannya terintegrasi ke dalam berbagai aplikasi e-wallet, salah satunya Uangku. Dengan fitur Dimopay di dalamnya, Uangku dapat digunakan untuk membayar dengan memindai kode batang QR yang tertera di layar komputer ataupun dengan memindai stiker-stiker kode QR di berbagai merchant.
Omise merupakan payment gateway, alias layanan pembayaran yang mengotorisasi kartu kredit atau pembayaran langsung untuk e-business atau toko offline. “Gift Card Indonesia; misalnya mau memberi hadiah, bisa membeli gift card nominal sekian nanti bisa ditukarkan di tempat tertentu. Dan banyak juga dipakai oleh korporat, jadi misal untuk paket makan berempat,” papar Roderick.
Produk mobile atau e-wallet disasarkan untuk kelas menengah. “Pasar yang paling ideal masih urban, karena mereka sudah biasa menggunakan smartphone. Tetapi, ke depannya justru akan menyasar segmen yang tidak memiliki akses ke perbankan,” ungkap Roderick.
Adapun contoh strategi ketiga yang ditempuh SMDV adalah berkolaborasi dengan Modalku, penyedia layanan peminjaman antarkelompok, alias peer to peer lending (P2P). Dalam konteks ini, SMDV menyodorkan Bank Sinarmas Tbk., sebagai bank kustodian yang menampung dana dari pemberi pinjaman.
Roderick menuturkan, ke depan sejumlah anak usaha Grup Sinar Mas pun akan semakin gencar menggunakan fintech untuk menggenjot bisnisnya. “Sebenarnya untuk financial services, kita mau meningkatkan kinerja Bank Sinarmas dan asuransi Sinarmas juga. Kedua, untuk payment di mana kita bisa menjadi pemainnya juga. Fintech itu sangat luas, untuk kami mimpinya bukan menjadi satu-satunyanya di fintech, karena pemainnya banyak. Kami mau menjadi salah satu leading playerpemain fintech di Indonesia, terutama di bidang payment dan financial services,” Roderick memaparkan.
Selain itu, SMDV berencana memperkuat basis mitra dan pelanggan dari produk fintech yang sudah ada. “Misalnya, Dimopay baru memiliki seribu merchant, masih sangat sedikit. Tantangannya bagaimana kami bisa tumbuh dan memperbesar ekosistemnya. Jadi, saya mau mastiin hampir semua tempat bisa bayar dengan Uangku, semoga lebih banyak penggunanya juga,” ungkap Roderick.
(Sumber: SWA )