Sinar Mas melalui Sinar Mas Agribusiness and Food dalam laporan terkininya berhasil mengurangi titik panas dan kebakaran di dua provinsi yakni Kalimantan Barat dan Jambi. Program itu, sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com hari ini, masuk dalam Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
Catatan itu menunjukkan bahwa pada 2017, jumlah titik panas dan titik api di desa peserta Program DMPA telah menurun menjadi 13 titik panas dan 9 titik api dari 25 titik panas dan 7 titik api pada 2016. Pada 2015, terdapat 423 titik panas dan 271 titik api.
Selanjutnya, pada tahun yang sama, program ini diperluas dengan menambahkan program pengembangan masyarakat yang berfokus pada pengembangan plot pertanian organik. Program ini memungkinkan penduduk desa menanam berbagai menanam berbagai macam sayuran untuk kebutuhan pangan dan memberikan sumber pendapatan tambahan melalui penjualan pertanian ke pasar lokal di Kalimantan Barat.
Petugas pemadam kebakaran Asia Pulp and Paper Sinar Mas memantau titik-titik api melalui menara api, di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Kamis (9/3/2017). Kegiatan ini digelar bertujuan untuk menyiapkan regu pemadam kebakaran APP Sinarmas terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau tahun ini. (KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES)
CEO Perkebunan Sinar Mas Wilayah Kalimantan Barat, Susanto Yang mengatakan,”Menyusul keberhasilan program DMPA yang dimulai pada tahun 2016, kami dengan senang hati melaporkan bahwa masyarakat di Ketapang tetap waspada dan berhasil meminimalkan kebakaran pada tahun 2017.”
Pertanian Ekologi Terpadu
Khususnya di Kalimantan Barat, imbuh Susanto, pihaknya mengembangkan Pertanian Ekologi Terpadu (PET). Hingga kini, ada tiga desa percontohan. Lantas, ada 60 anggota petani yang bergabung. “70 persen di antaranya perempuan,” ujar Susanto.
Susanto menerangkan, PET bertujuan membantu mendidik masyarakat desa tentang metode pertanian organik berkelanjutan yang dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi mereka sendiri, memastikan ketahanan pangan, dan mendukung pembangunan ekonomi.
Lebih lanjut, Susanto menjelaskan bahwa sampai sekarang peserta PET berhasil menikmati manfaat. Setiap keluarga mampu menghemat hingga Rp 300.000 per bulan dari pemotongan belanja sayuran dan rempah-rempah yang sekarang bisa diambil dari kebun endiri. Selain itu, peserta menerima Rp 500.000 setiap bulannya dengan menjual sayuran ke desa-desa sekitar dari PET, setelah dikurangi untuk kebutuhan pangan keluarga mereka.
Berikutnya adalah ada 8 dari 17 desa binaan di Kecamatan Nanga Tayap mendapatkan bantuan infrastruktur senilai total Rp 600 juta. Delapan desa dari 17 desa binaan di Kecamatan Nanga Tayap mendapatkan bantuan infrastruktur senilai total Rp 600 juta sebagai bentuk apresiasi terhadap upaya desa tersebut dalam menjaga kebakaran di daerah mereka di tahun 2017. Desa-desa tersebut adalah Tajok Kayong, Nanga Tayap, Lembah Hijau 1, Lembah Hijau 2, Siantau Raya, Sungai Kelik, Simpang Tiga Sembelangaan, dan Tanjung Medan, semuanya di Kabupaten Ketapang.
Sumber: Kompas.com