Kerap dikatakan bahwa anak yang pintar berhitung pasti otak kirinya lebih dominan. Sementara anak yang lihai dalam bidang kesenian memiliki otak kanan yang lebih aktif. Benarkah?
Jika berbicara mengenai fungsi otak, mungkin kita harus memutar balik waktu menuju tahun 60an, di mana seorang ahli neuropsikolog asal Amerika Serikat, Roger Sperry melakukan riset tentang otak manusia. Lewat penelitian yang memakan waktu lebih kurang sepuluh tahun itu, Roger menemukan bahwa ternyata otak manusia terdiri atas dua bagian.
Menurutnya, kedua belah otak ini saling memberi informasi. Belahan otak kanan, misalnya, bertugas mengendalikan otot-otot di bagian kiri tubuh. Sementara otak belahan kiri mengontrol otot di bagian sebaliknya. Menurut penelitian Roger pula, secara umum belahan otak kiri sangat dominan dalam fungsi bahasa verbal. Selain itu bagian ini juga mengerjakan fungsi logika dan komputasi matematika. Bisa dibilang bahwa otak kiri merupakan pengendali intelligent quotient (IQ). Fungsi tersebut ternyata tidak ditemui pada otak bagian kanan. Hal ini karena otak kanan lebih berfungsi dalam pengembangan emotional quotient (EQ).
Di samping itu, otak kanan juga berhubungan dengan kemampuan intuitif seni (seperti menyanyi, menari, melukis), kemampuan merasakan, pusat khayalan dan kreativitas, serta pengendalian ekspresi manusia. Setelah melihat hasil riset di atas mungkin Anda akan bertanya, “sebaiknya otak bagian mana yang harus diunggulkan?”.
Pada dasarnya, otak secara alami akan selalu menjaga keseimbangan dan bertugas membagi kontrol beberapa fungsi. Pembagian fungsi ini juga dimaksudkan agar otak bekerja secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, hal terpenting yang harus Anda ketahui adalah bagaimana kedua bagian otak tersebut menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya.
Kreativitas, aktivitas, dan pelayanan
Sekolah menjadi wadah yang tepat untuk mengembangan dan menyeimbangkan fungsi otak. Hal ini karena siswa dapat mengikuti beberapa kegiatan yang sesuai bakat dan minatnya. “Sekolah mempunyai peran untuk bisa mengarahkan mereka (siswa) memiliki keterampilan yang seimbang,” ujar Ahmad, salah satu tenaga pendidik Sinarmas World Academy kepada Kompas.com, Selasa (25/9/2018).
Oleh karena itu, lanjut Ahmad, ada baiknya sekolah juga memiliki program yang lebih spesifik untuk mengekspresikan potensi diri siswa. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Sinarmas World Academy (SWA) melalui program Creativity, Activity, and Service (CAS).
Sesuai namanya program tersebut memiliki tiga komponen kegiatan. Pertama ada creativity atau kreativitas. Pada komponen ini siswa diberikan keleluasaan untuk bisa mengembangkan otak kanan mereka melalui kegiatan-kegiatan kesenian.
Selain itu siswa juga bisa melakukan eksplorasi dengan memperluas ide mereka menjadi sebuah karya yang orisinal atau interpretatif. Salah satu contohnya mereka bisa bergabung ke dalam sebuah grup musik. Di sana selain siswa bisa belajar mengolah vokal dan meningkatkan kemampuan bermusik, mereka juga dituntut untuk berkarya dengan mengadakan acara musik di lingkungan sekolah.
Selanjutnya activity atau aktivitas. Pada komponen ini siswa akan melakukan aktivitas fisik yang berkontribusi terhadap gaya hidup sehat. Kemudian komponen terakhir service atau pelayanan. Pada komponen ini para siswa harus menunjukkan keterlibatan kolaboratif dengan masyarakat umum, misalnya lewat mengajarkan bahasa Inggris, membangun perpustakaan untuk masyarakat, atau berkolaborasi membuat karya seni melalui berbagai komunitas.
Menjadi komponen kelulusan di Sinarmas World Academy, program CAS hanya diperuntukkan bagi siswa middle school dan high school. Selain dijadikan sebagai program wajib, CAS juga digunakan sebagai salah satu komponen kelulusan siswa. Adapun beberapa outcome yang diharapkan dari program ini, beberapa di antaranya adalah siswa dapat mengidentifikasi kekuatan sendiri dan mengembangkan area untuk pertumbuhan pribadi, menunjukkan bahwa mereka bisa menaklukkan tantangan dan mengembangkan keterampilan baru, mencatat setiap proses yang telah mereka lalui, serta dapat menunjukkan komitmen dan ketekunan saat mengikuti kegiatan.
Di samping itu, mereka juga mendapatkan pengalaman akan manfaat bekerja secara kolaboratif, menunjukkan keterlibatan dengan isu-isu global, dan terakhir dapat mempertimbangkan pilihan dan tindakan yang akan mereka pilih. “Dari semua kegiatan itu, salah satu hal yang paling penting adalah siswa bisa menikmati proses yang mereka jalani. Jadi selain dapat menyalurkan energi dan hobi mereka ke arah positif, mereka juga bisa lebih mengekspresikan dirinya lebih baik,” ujar Ahmad.
Optimalkan kemampuan akademik Tak hanya kegiatan yang mendukung otak kanan siswa saja, Sinarmas World Academy juga turut mendukung perkembangan keterampilan akademik siswa yang berhubungan dengan intelligent quotient (IQ).
“Untuk mengoptimalkan kemampuan akademik, sekolah memfasilitasi berbagai kegiatan kompetisi berskala nasional dan internasional. Selain bisa mengasah keterampilan akademik, kegiatan ini juga bisa memotivasi siswa,” ungkap SWA School Counselour Danny kepada Kompas.com, Rabu (3/10/2018).
Adapun beberapa kompetisi yang diikuti siswa SWA di antaranya Southeast Asian Mathematical Olympiads (SEAMO), Japan International Science and Mathematics Olympiads (JISMO), International Competitions and Assessments for School (ICAS), World Scholar’s Cup (WSC), Indonesian Robotics Olympiad (IRO), Spelling Bee, English Literacy Day, dan Sinarmas World Mind Matrix.
Sementara itu kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan sekolah untuk mengoptimalkan keterampilan belajar siswa adalah dengan melakukan pertukaran pelajar, studi banding, mengundang para pakar pendidikan dari dalam dan luar negeri untuk memberikan pelatihan-pelatihan (workshop) di berbagai bidang akademik seperti matematika, IPA, teknologi dan informasi.
“Beberapa waktu yang lalu kami juga baru mengadakan pelatihan atau workshop matematika dengan mengundang pembicara dari University of Waterloo (Kanada),” tambah Danny. Kemudian, hal lain yang tidak kalah penting adalah sekolah menempatkan para siswa berdasarkan potensi akademik di berbagai mata pelajaran seperti bahasa Inggris, matematika, IPA, IPS dan bahasa Mandarin.
“Kami mempunyai dua kelas untuk penempatan siswa berdasarkan potensinya, ada kelas standard level untuk siswa yang membutuhkan bantuan pembelajaran secara lebih dan ada juga additional level untuk siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata,” terang Danny. Hal tersebut dilakukan agar siswa bisa mengalami proses belajar dan mengajar yang telah disesuaikan dengan potensi, gaya belajar, dan kebutuhan belajar siswa sehingga pembelajaran bisa lebih efektif dan efisien.