Sebuah inovasi lahir dari kebutuhan untuk menghadapi persoalan yang tidak dapat lagi diatasi dengan cara lama. Inilah yang dilakukan Sambusir Yusuf, seorang karyawan perusahaan swasta, ia membuat pemadam kebakaran cara baru. Karyanya mendapat apresiasi tinggi.
Melalui penemuan pemadam kebakaran yang dia beri nama Sambu Ponti Nozzle, diundang berbicara pada forum internasional PBB untuk perubahan iklim di Marrakesh, Maroko.
Belajar dari pengalamannya dalam menghadapi kebakaran lahan dan hutan (Karhutla0 selama bertahun-tahun, Sambusir berpikir keras untuk menciptakan sebuah alat bantu agar proses pemadaman api dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat sasaran.
“Alat ini saya ciptakan karena berdasarkan pengalaman di lapangan, api yang sudah membesar sangat sulit untuk dipadamkan, sehingga kami berpikir bagaimana api yang membesar ini bisa kita padamkan seacara efektif, efisien dan aman,” ungkap Sambusir.
Atas temuannya yang bermanfaat dalam mengatasi kebakaran hutan ini, Sambusir diundang oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk turut menghadiri KTT Perubahan Iklim 2016 yang berlangsung di Marrakesh, Maroko, sejak tanggal 7 hingga 18 November 2016.
Sejumlah inovasi dan temuan untuk mencegah kebakaran hutan dan degradasi lahan yang telah dilakukan komunitas di Indonesia ikut dipamerkan di Paviliun Indonesia pada konferensi ini.
Sambu Ponti Nozzle adalah pipa yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan proses pemadaman api, terutama pada lahan gambut.
Sambu Ponti Branch dapat dipasang di setiap sambungan selang, sehingga banyak titik-titik api yang bisa dipadamkan oleh alat ini. Dibandingkan dengan cara lama, ujung selang hanya mampu menjangkau satu titik saja.
Sambusir yang merupakan karyawan Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas bagian Fire Opration Management ini berharap agar penemuannya dapat digunakan secara luas, dan masyarakat tahu bahwa ada alat sederhana yang sangat membantu untuk mengatasi kebakaran yang terjadi baik yang terlihat ataupun api di bawah permukaan lahan gambut.
Dalam ajang ini APP Sinar Mas juga menyampaikan perkembangan program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang pertama kali digagas tahun lalu di COP 21 dengan tujuan untuk mengembangkan potensi dan memberi nilai tambah sosial ekonomi masyarakat sekitar sekaligus menjaga kelestarian lingkungan sekitar, salah satunya melalui kegiatan agroforestri.
Dimana satu tahun setelah diluncurkan, 58 desa sudah menerima manfaat dari program DMPA dan 22 desa lainnya diharapkan akan menyusul jelang akhir tahun.
Target APP adalah membawa program DMPA ke 500 desa sebelum tahun 2020. Desa-desa penerima manfaat program DMPA dipilih berdasarkan jarak mereka dari konsesi APP, serta penilaian soal tingkat kerentanan mereka terhadap kebakaran hutan, deforestasi dan konflik atas sumber daya alam.
(Sumber: Poskotanews )