Alibaba mengumumkan ketersediaan teknologi kecerdasan buatan untuk industri medis Indonesia. Dalam sesi wawancara terbatas secara daring, Country Manager Alibaba Cloud Indonesia Leon Chen menyebutkan telah menggandeng Eka Hospital dalam implementasi AI ini.
Utamanya, teknologi ini ingin meningkatkan akurasi CT scan rumah sakit, terutama saat pandemi Covid-19. “Teknologi ini dikembangkan oleh DAMO Academy,” kata Leon.
Teknologi ini diklaim mengandalkan deep learning untuk algoritma, memanfaatkan 5.000 kasus untuk menganalisis perbedaan gejala yang muncul pada penderita Covid-19, seperti pneumonia. Secara kemampuan, teknologi CT Image Analytics ini diklaim Alibaba Cloud memiliki akurasi hingga 96 persen.
Ini berarti 60 kali lebih cepat dari metode biasa, dan memerlukan waktu empat detik lebih singkat untuk menjalankan tes dan mengirimkan datanya.
Dengan kata lain, kecerdasan buatan memang berperan dalam meningkatkan akurasi diagnosis, yang kini bisa dijalankan hampir sepenuhnya oleh teknologi. Namun, Leon menekankan bahwa teknologi ini bukan untuk menggantikan peran dokter.
“Peran dokter tidak tergantikan, justru membantu mereka untuk diagnosis lebih baik.” Terkait keamanan dan privasi, ia mengatakan bahwa semua data yang dipakai bersifat anonim sebelum diolah dengan algoritma.
Ia menyebutkan bahwa karena bersifat algoritma, teknologi ini tidak hadir dalam bentuk hardware atau software, hanya perlu disisipkan pada sistem yang sudah ada.
Kehadiran kecerdasan buatan dalam dunia medis menurut Leon juga menjadi tanda bahwa ia tak lagi cuma sebuah simbol. “Semakin banyak rumah sakit di Tiongkok yang menggunakan kecerdasan buatan, dan rasanya rumah sakit memang harus mulai mempertimbangkan penggunaan teknologi dalam dunia medis.”
Untuk rumah sakit di Indonesia, ia menyebut sejauh ini respons terhadap penggunaan teknologi dari Alibaba Cloud menunjukkan reaksi positif. Salah satu alasannya adalah tujuannya yang membuat kemampuan rumah sakit menjadi lebih baik.
Sumber: Medcom