Stanislav Sousek, guru dari sekolah Sinarmas World Academy (SWA) Tangerang Selatan ini memenangkan Yale Educators Award 2020, dan menjadikannya sebagai satu-satunya pemenang dari Indonesia.
Ajang Yale Educators Award merupakan penghargaan kepada para pendidik berprestasi dari seluruh dunia. Para pendidik yang memenangkan penghargaan itu dinilai telah berhasil mendukung dan menginspirasi siswanya untuk pencapaian tinggi.
Dari 317 nominasi tahun ini, hanya 57 guru dan 24 konselor yang terpilih. Dari jumlah itu, hanya 3 di antaranya berasal dari Asia, termasuk salah satunya Stanislav dari Indonesia. Tapi, bagaimana Stanislav bisa menang penghargaan itu?
Dalam penilaian, Yale Educators Award mengundang para mahasiswa Yale untuk menominasikan pendidik sekolah menengah yang mereka anggap inspiratif dan mengubah hidup mereka secara positif. Salah seorang mahasiswa Yale tersebut adalah anak didik Stanislav sewaktu di SWA. Dia adalah Vijjasena Sugiono, lulusan sekolah Sinarmas World Academy (SWA), dan penerima beasiswa dari Yale University.
Di SWA, Stanislav Stanislav merupakan konselor universitas atau university guidance counselor (UGC) di SWA yang membimbing siswa-siswi sekolah menengah mempersiapkan diri menuju sekolah tinggi. Siswa SWA diajak berpikir tentang tujuan mereka belajar, serta dampak positif apa yang ingin mereka berikan kepada dunia. Bibit pemikiran inilah yang ditanamkan, dan dipupuk hingga akhirnya murid dapat menentukan tujuan mereka, dan melakukan persiapan yang matang dalam menentukan sekolah tinggi.
Vijjasena merasa bersyukur saat sekolah di SWA, Ia mendapatkan bimbingan dan dukungan yang luar biasa dari UGC SWA, Stanislav.
“Dia (Stanislav), dengan tulus dan semangat mendukung saya dalam proses persiapan sekolah tinggi. Dukungan dan bimbingan yang diberikan jauh lebih besar dari yang sebenarnya diwajibkan,” ujar Vijjasena.
Tak hanya itu saja, Vijjasena juga merasa dengan bantuan dan bimbingan Stanislav, maka Vijjasena bisa kuliah di Yale University.
“Bahkan Stanislav selalu siap membantu saya di saat-saat istirahat makan siang maupun hari libur,” kata Vijjasena.
Namun, Vijjasena juga tetap merasa bahwa semua guru di SWA juga berperan besar dalam perjalanannya menyelesaikan studi sekolah menengahnya di SWA. Selain keahlian dan kepintaran para guru, yang sangat dirasakan berbeda adalah kepedulian dan perhatian mereka dalam memaksimalkan perkembangan dirinya.
General Manager SWA, Deddy Djaja Ria menyatakan sangat bangga dengan raihan yang diterima oleh salah seorang guru SWA.
“Sungguh kami bangga dengan para pendidik SWA yang bukan hanya kaya ilmu pengetahuan, tapi juga selalu berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para siswa-siswinya. Ddedikasi, kualitas bimbingan, dan kepedulian Stanislav terhadap anak didiknya merupakan contoh dari standar dan kultur yang dimiliki SWA,” jelas Deddy.
Stanislav menjadikan penghargaan ini sebagai suatu kehormatan untuk dinominasikan oleh Vijjasena.
“Sebagai seorang pendidik, selalu menyenangkan mengetahui kita membuat perbedaan yang memberikan efek positif bagi anak didik kita,” jelas Stanislav.
Ibunda Vijjasena, Selina Rachmat mengatakan bahwa Stanislav dan guru lain di SWA adalah guru yang luar biasa. Menurut Selina, guru di SWA itu dapat membuka wawasan anak dan menyederhanakan konsep rumit untuk mampu diterima di tingkat pandangan anak. Konsep itu lalu diaplikasikan dalam kehidupan nyata hingga suatu konsep secara mendalam dipahami, bukan sekadar dihafal.
“Terlihat sekali tidak hanya ilmu pendidikan yang diterapkan oleh para guru, melainkan juga kepekaan hati untuk memberi yang terbaik,” tandas Selina.