Sejak dilaksanakan pada 2016, Desa Makmur Peduli Api (DMPA) telah menorehkan catatan keberhasilan dalam menurunkan jumlah kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia khususnya area Sumatera dan Kalimantan.
Program yang diinisiasi oleh Sinar Mas Agribusiness and Food (PT SMART Tbk.) ini, menekankan pendekatan partisipatif dan kolaboratif bersama masyarakat dalam mencegah karhutla.
Jumlah kasus karhutla menurun secara signifikan sejak bencana karhutla hebat yang terjadi pada 2015. Pada tahun 2019, sekitar 99.5% area kebun Perusahaan tidak mengalami kebakaran, hal serupa juga terlihat pada desa-desa binaan di sekitar kebun Perusahaan yang tidak mengalami dampak kebakaran yang signifikan.
“DMPA tidak hanya fokus pada kesiapan perusahaan dari sisi teknis pencegahan dan pemadaman karhutla, namun juga pada pelibatan masyarakat yang merupakan garda terdepan dalam pencegahan dan pemadaman kebakaran,” jelas Agus Purnomo, Managing Director Sinar Mas Agribusiness and Food.
Program DMPA adalah upaya bersama mencegah karhutla tanpa mengesampingkan kebutuhan riil masyarakat. Terdapat tiga pendekatan utama terintegrasi dari program DMPA, yaitu: 1) Pencegahan kebakaran; 2) Konservasi; 3) Ketahanan pangan bagi masyarakat.
Dalam hal pencegahan kebakaran, bersama dengan kelompok Masyarakat Siaga Api (MSA), perusahaan melakukan sejumlah aktivitas kolaboratif mulai dari sosialiasi ke masyarakat, pemantauan titik api, patroli bersama, hingga pemadaman kebakaran lahan yang dilakukan secara bersama.
Perusahaan membekali MSA dengan peralatan pemadam kebakaran standar untuk tindakan pemadaman awal (initial attack) dan secara rutin melakukan peningkatan kapasitas masyarakat melalui serangkaian pelatihan baik secara internal maupun bersama Manggala Agni.
Saat ini, terdapat 1.150 anggota masyarakat menjadi tim Masyarakat Siaga Api dan 40 desa di Jambi, Kalimantan Barat, Riau, Kalimantan, Tengah, Sumatera Selatan, dan Bangka telah berpartisipasi dalam program DMPA.
Untuk menjawab kebutuhan dasar masyarakat yaitu ketahanan pangan, perusahaan memperkenalkan pola bertani tanpa membakar lahan kepada masyarakat di desa-desa sekitar perusahaan yang disebut Pertanian Ekologis Terpadu (PET). PET menjadi sebuah solusi bagi masyarakat untuk membuka lahan pertanian tanpa membakar dan ramah lingkungan.
Perusahaan menempatkan satu tenaga ahli pertanian untuk mendampingi masyarakat secara intensif dalam kurun waktu tertentu. Masyarakat didampingi melakukan identifikasi sumber daya penting di daerah mereka secara partisipatif, memanfaatkan dan menjaga sumber daya tersebut, serta belajar bersama-sama di kebun belajar atau sering disebut sebagai sekolah lapangan. Setelah sekolah lapangan usai, mereka akan mereplikasi di lahan masing-masing baik secara kelompok maupun individu.
Beberapa komoditas unggulan yang diupayakan masyarakat melalui PET seperti sayur-mayur, ternak, ikan, hingga beberapa produk siap konsumsi seperti jahe merah bubuk. PET telah berjalan di 22 desa yang telah diikuti oleh 470 anggota tani.
Perusahaan juga menjaga dan merawat ekosistem gambut dari ancaman karhutla melaui program rehabilitasi gambut melalui 3 pendekatan utama, yaitu rewetting, rehabilitating, dan revegetating.
Saat ini perusahaan telah mengkonservasi lahan gambut seluas 1150 hektar dengan jumlah pohon yang tertanam yaitu 460 ribu pohon sejak 2017 hingga 2020. Selain sisi teknis perawatan area gambut, kerja juga dijalin bersama tokoh agama masyarakat setempat melalui pelatihan Da’I Peduli Gambut yang merupakan kerja sama dengan Badan Restorasi Gambut (BRG) Nasional, untuk mengedukasi masyarakat setempat pentingnya memelihara areal gambut.
Tidak berhenti di situ, pada awal tahun 2020, Sinar Mas Agribusiness and Food meluncurkan kampanye edukasi pencegahan karhutla dengan memperkenalkan tokoh Rumbun dan Sahabat Rimba dengan tujuan menumbukan kesadaran pencegahan karhutla sejak dini. Edukasi ini memfasilitasi para guru dengan materi edukasi sekaligus metode mengajar yang tepat dalam mengedukasi anak-anak tentang pencegahan karhutla.
Perusahaan telah merangkul dan melatih sekitar 400 guru yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Dan untuk menunjang pengajaran tersebut, Perusahaan telah mendistribusikan sebanyak 5.800 buku cerita Rumbun dan Sahabat Rimba ke sekolah-sekolah yang rawan terdampak karhutla.
Sumber: Sawit Indonesia