Tim robotik RoboKnights dari sekolah Sinarmas World Academy (SWA) meraih juara pertama dalam ajang bergengsi dunia, World Robot Olympiad (WRO) 2020-X Canada.
Tema yang diangkat dalam WRO tahun ini adalah Perubahan Iklim (Climate Change). RoboKnights, yang beranggotakan Alisa dari kelas 10, Ayden dan Kevin dari kelas 8, memilih topik “manufaktur lokal untuk pengurangan transportasi”. Melalui kegiatan robotik, suatu kegiatan produksi dapat dilakukan jarak jauh, dan diharapkan dapat mengurangi secara signifikan transportasi manusia. Hal ini akan berdampak pada pengurangan emisi gas rumah kaca, dan memperbaiki iklim dunia.
WRO sendiri merupakan kompetisi internasional robotik terbesar dan paling bergengsi untuk pelajar usia 10 hingga 21 tahun. Kompetisi ini diadakan setiap tahunnya sejak tahun 2004, dengan tema sosial yang berbeda-beda. Peserta WRO ditantang untuk mengembangkan kreativitas, desain, dan kemampuan problem-solving mereka melalui kompetisi dan aktivitas robot yang menantang dan mendidik. WRO 2020 terpaksa dilakukan secara daring karena pembatasan sosial COVID-19.
Alisa mengaku sangat bangga dan senang dengan pencapaian kelompoknya, “Saya sangat, sangat senang! Kami mendedikasikan seluruh waktu dan tenaga kami selama enam bulan terakhir dalam proyek ini, dan kami berhasil membawa kemenangan untuk Indonesia,” ucapnya bangga.
RoboKnights merupakan tim Indonesia pertama yang berhasil memenangkan WRO Open Category dalam 2 dekade terakhir ini. Alisa mengatakan, timnya mengaku untuk meraih juara di ajang ini sangat sulit hingga akhirnya juara berhasil diraih maka mereka pun mengaku sangat bangga akan pencapaian ini.
Tantangan yang dihadapi para murid bertambah dengan adanya pandemi COVID-19 yang membatasi kegiatan tatap muka.
“Kami tidak bisa beraktivitas sebebas sebelumnya, tapi kami belajar untuk beradaptasi dengan pertemuan rutin secara daring dan membagi tugas dan peran untuk didelegasikan,” cerita Alisa.
Kelompok RoboKnights mempresentasikan robot ZOID sebagai solusi baru mereka yang disebut sebagai tele-manufacturing. Robot ini mampu mereplikasi gerakan sendi manusia dari bahu, turun ke jari, dan dapat dikontrol dari jarak dekat dan jarak jauh.
Dengan kecanggihan robot ini, kegiatan produksi dapat dilakukan dari lokasi yang berbeda, sehingga mengurangi biaya transportasi manusia.
“Ada dua mode droid. Pertama adalah ‘rekam’ untuk merekam gerakan tangan dari pengguna secara langsung, dan kedua adalah mode ‘otomatis’ yang terus melakukan gerakan tangan yang telah direkam sebelumnya. Kemampuan ini sangat penting di bidang manufaktur karena sebagian besar kegiatan bersifat berulang.” jelas Ayden.
“Partisipasi dan pencapaian mereka telah mendisrupsi pendidikan robotik di Indonesia. Kemenangan ini menjadi bukti potensi Indonesia di bidang STEM dan memperlihatkan evolusi pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. Kami bangga menjadi salah satu sekolah pertama yang berinvestasi di STEM dan menjadi institusi pendidikan yang terus mengembangkan keterampilan anak muda” jelas Haoken, Kepala Departemen Sains SWA.
Alisa mengakui bahwa untuk dapat menyelesaikan suatu proyek itu penuh tantangan, terutama di saat pandemi ini. Tapi Alisa berpendapat bahwa ketekunan, dan kerja keras dibutuhkan untuk dapat membuat dunia menjadi lebih baik.
Alisa mendorong inovator muda lain di luar sana untuk terus mencoba membuat perubahan positif melalui STEM.
“Jangan takut untuk mencoba hal baru. Membuat solusi baru yang inovatif, yang belum pernah terdengar sebelumnya selalu terkesan mustahil- sampai akhirnya dilakukan. Sulit untuk mulai mengambil inisiatif, tetapi lebih sulit lagi untuk terus maju, dan untuk tidak menyerah,” pungkasnya.
Selamat ya!