Dalam CNBC Indonesia Awards 2021 Kategori “The Best Healthcare Companies”, Eka Hospital meraih penghargaan sebagai “The Most Innovative Hospital 2021”. Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian, riset dan analisis terhadap inovasi rumah sakit di Indonesia yang memenuhi kriteria.
Terobosan yang dilakukan jaringan rumah sakit milik Sinar Mas dalam merintis pemanfaatan EMR hingga menjadi acuan operasi rumah sakit di Indonesia, serta keunggulan dalam pemanfaatan teknologi layanan kesehatan terbaru, seperti Clinical Decision Support System (CDSS) dinilai telah sangat layak untuk diapresiasi sebagai rumah sakit paling inovatif di Indonesia.
CNBC Indonesia Awards 2021 yang digelar Rabu (27/10/2021) merupakan bentuk apresiasi dari CNBC Indonesia bagi para pelaku ekonomi dan dunia usaha sepanjang tahun 2021. Proses penilaian dilakukan pada September melalui riset kualitatif berbasis data primer dan sekunder, serta media monitoring terhadap 10 media utama nasional mengenai terobosan layanan kesehatan.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang selama ini sudah memercayakan kesehatannya kepada Eka Hospital grup, baik di BSD, Pekanbaru, Cibubur, dan Bekasi. Kami mengucapkan yang tidak terhingga juga kepada guru-guru besar, profesor, yang sudah bersama kami selama ini,” kata Chief Operating Officer (COO) Eka Hospital drg. Rina Setiawati, dalam sambutannya.
Dia juga mengucapkan terima kasih pada para dokter spesialis, dokter umum, dan juga tenaga kesehatan yang telah berkontribusi di dalam Eka Hospital. Rina berkomitmen penghargaan ini akan menjadi pendukung Eka Hospital untuk terus melayani pasien Indonesia dan berkontribusi pada pendidikan dokter di Tanah Air.
“Tidak lupa kepada seluruh jajaran manajemen grup Eka Hospital dan juga manajemen Sinar Mas yang sudah mendukung kami sampai dengan hari ini. Semoga dengan diterimanya award ini, kami boleh semakin melayani pasien-pasien di seluruh Indonesia dan memberikan sumbangsih untuk pendidikan kedokteran,” pungkasnya.
Selama 13 tahun beroperasi sebagai rumah sakit berstandard internasional, Eka Hospital terus berinovasi menjadi pelopor layanan kesehatan terintegrasi dengan memanfaatkan teknologi terbaru dan digitalisasi.
Jaringan rumah sakit yang saat ini berlokasi di BSD City, Pekanbaru, Bekasi, dan Cibubur sejak tahun pertama berdiri pada 2008 telah menerapkan Electronic Medical Record (EMR) menyeluruh dan terintegrasi dengan semua bagian medis, dan non medis.
EMR memungkinkan seluruh data pasien tersimpan dalam sistem elektronik sehingga memudahkan akses data dan menganalisis informasi medis, serta meningkatkan kecepatan pelayanan dan diagnosa secara lebih akurat, dan memastikan peluang kelalaian terjaga di angka nol persen.
Sebuah studi yang dirilis majalah Health Affairs pada tahun 2008 menunjukkan bahwa nilai kerugian yang muncul akibat kesalahan medis di Amerika Serikat (AS) nilainya mencapai US$17,1 miliar (Rp242,7 triliun) per tahun. Estimasi lain bahkan berujung pada proyeksi senilai US$29 miliar.
Terobosan yang dijalankan Eka Hospital tersebut menjadikan Eka Hospital sebagai pelopor dokumentasi rekam medis berbasis EMR, sehingga menjadi acuan bagi banyak rumah sakit di Indonesia tentang pengelolaan dan manajemen rumah sakit secara modern dan inovatif.
Dengan dukungan teknologi tersebut, dan 180 dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu kedokteran serta 1.000 kamar perawatan, Eka Hospital menjadi pilihan masyarakat untuk mendapatkan jasa layanan kesehatan berkualitas.
Setiap tahun, mereka melayani rata-rata 500.000 pasien dan 6.000 tindakan operasi. Jika dirata-rata, maka setiap jamnya ada 57 pasien yang mengunjungi rumah sakit tersebut secara kontinyu. Setiap hari, selama setahun.
Pionir Pemanfaatan Teknologi
Eka Hospital juga menjadi pionir pemanfaatan Clinical Decision Support System (CDSS), yang secara otomatis memberikan opini dan rekomendasi kepada dokter berdasarkan jurnal kesehatan terkini, dan dilengkapi dengan warning system yang menjaga keamanan dalam pemberian obat. Teknologi tersebut sangat penting untuk membantu dokter yang bertugas agar tetap update dengan perkembangan medis.
Sebagai informasi, National Library of Medicine-perpustakaan khusus medis dan isu kesehatan di Amerika Serikat, yang merupakan terbesar di dunia-mencatat bahwa setiap 40 detik ada artikel kesehatan baru yang muncul di jurnal internasional.
Jika mereka tertinggal dalam mencerna perkembangan medis yang ada, atau dihadapkan pada pilihan tindakan yang terlalu beragam di tengah perkembangan studi medis yang pesat tersebut, ada peluang human error terjadi.
Selain CDSS, Eka Hospital juga mengimplementasikan digitalisasi pelayanan rumah sakit dengan menggunakan sistem EMR terbaru dan piranti lunak (software) layanan kesehatan (SAP Healthcare). Semua fasilitas tersebut memberikan pelayanan terintegrasi mulai dari front-end hingga back-end dengan sistem pusat data yang aman.
Pusat Kanker Indonesia
Saat ini, Eka Hospital tengah mengembangkan lima rumah sakit baru pada periode 2021-2025. Salah satunya yakni cancer center atau rumah sakit khusus penanganan kanker.
Chief Operating Officer (COO) Eka Hospital drg. Rina Setiawati mengatakan, Eka Hospital juga akan mendatangkan peralatan kesehatan yang belum tersedia di Indonesia, yaitu IORT (Intra Operative Radiation Therapy) untuk pusat perawatan kanker tersebut. IORT diklaim dapat mencegah pembaruan dari kanker setelah pasien menjalani operasi.
“Dalam terapi ini, pasien yang menjalani operasi pengangkatan tumor bisa langsung menjalani radiasi atau radio therapy selama proses operasi itu sudah selesai, sebelum nanti diakhiri operasinya,” jelasnya.
Di samping itu, Eka Hospital juga akan mendatangkan proton terapi. Namun, menurutnya, dibutuhkan persiapan yang cukup panjang dalam menyediakan layanan tersebut.
“Radio terapi yang digunakan dalam cancer treatment ini menggunakan partikel proton sehingga nanti menghasilkan suatu akurasi yang lebih tinggi dan dia akan bisa spare health issue lebih banyak sehingga dampak ke pasien juga akan lebih baik,” kata Rina.
Sebagai informasi, sejak Juli 2021, Eka Hospital memiliki robotic navigation untuk kebutuhan bedah ortopedi. Robotic navigation itu merupakan yang pertama ada di Indonesia dan Asia Tenggara. Menurutnya, penggunaan teknologi ini dapat meningkatkan akurasi penempatan sekrup pada tulang belakang pasien.
“Dan (teknologi) ini minim sayatan sehingga pasien juga sayatan tidak usah terlalu panjang, sepanjang tulang belakangnya. Minim pendarahan juga dan tentunya akan membantu proses pemulihan pasien lebih cepat lagi,” jelas Rina.
Dengan adanya peralatan tersebut, Rina berharap, masyarakat Indonesia tidak perlu lagi ke rumah sakit di luar negeri ketika membutuhkan perawatan.