Produksi kertas fotokopi Indonesia menguasai mayoritas pasar di Jepang. Melalui perwakilannya di Jepang, Sinar mas APP menguasai 25% market share kertas fotokopi di Jepang.
Perwakilan trading Sinarmas APP di Jepang, APPJ mulai bergerak sejak tahun 1997 yang bermula dari join venture dengan Itochu. Awalnya penguasaan saham 50-50 kini APPJ menguasai lebih dari 87% saham.
Chairman APPJ, Tan Ui Sian, menuturkan pada tahun 2016 ini APPJ resmi bergabung dengan Keidanren yang merupakan kamar dagang terbesar di Jepang.
“Kita perlu komunikasi dengan perusahaan-perusahaan besar. Melalui Keidanren kita banyak bekerjasama dengan perusahaan besar lain,” kata Tan dalam konferensi pers di Headquarter APPJ di Tokyo, Senin (12/12/2016).
APPJ memasarkan sejumlah produk di Jepang. Kertas fotokopi jadi produk paling besar sekitar 25%.
“Printing paper sekitar 7%, kemudian ada industrial paper, universal paper seperti tissue 5%. Juga ada Kyokuto stationery,” paparnya.
Sejauh ini pemasaran lebih banyak B to B. Ada kerjasama dengan sejumlah perusahaan salah satunya Askul yang membuat katalog dan melayani konsumen pemesanan dalam satu hari pengiriman.
“Order Askul besar. Order sekarang besok sampai. Sekarang malahan bisa di hari yang sama,” kata Tan.
Selama hampir 20 tahun di pasar Jepang, APPJ sudah banyak melakukan aktivitas. Antara mengikuti berbagai pameran seperti Tokyo EcoPro yang selalu ramai dikunjungi ribuan pengunjung setiap tahunnya. Selain APPJ juga memeroleh sejumlah penghargaan. APPJ punya banyak CSR, salah satunya mendukung Borneo Orangutan Survival Foundation untuk berpartisipasi pada konservasi orangutan sejak tahun 2014.
“Pada tahun 2016 kami mendonasikan sebagian penjualan kertas fotokopi dan donasi ini digunakan untuk ongkos transportasi mengembalikan orangutan ke habitat aslinya,” katanya.
Saat ini APPJ sudah bergabung dalam sejumlah organisasi seperti: Keidanren, Green productivity advisory committee, Green purchasing network, PEFC Asia Promotion, JAPAN Indonesia Association dan Japan New Bussiness Conferences.
APPJ sendiri hanya melakukan trading terhadap produk APP yang mayoritas ekspor dari Indonesia.
“Kalau kita trading, kalau yen menguat kita bagus. Selama yang paling menguntungkan posisi 100 yen per 1 US$,” kata Tan.
Untuk produksi di Indonesia mulai tahun 2013 100% menggunakan hutan tanaman industri.
“Kita ada 36 perusahaan pemasok. 6 dari Sinarmas Forestry. HTI kita mendekati 1 juta hektar. Produksi dari enam perusahaan di Indonesia mencapai 11,4 ton pulps and paper,” katanya.
Melalui bioteknologi, pohon akasia dan eukaliptus yang ditanam di HTI sudah bisa dipanen dalam 6 tahun.
“Kita masih pakai short fiber. Kalau pinus dan lainnya kita impor dari Amerika itu bisa sampai 30 tahun. Kalau serat pendek kita ada semua,” katanya.
Sinarmas APP Global beroperasi di 120 negara. Penghasilannya mencapai 12 miliar US$.
“Jualan di Jepang nggak sampai 10%. Jepang permintaan requirement-nya tinggi tapi persyaratannya sangat sulit,” katanya.
(Sumber: Detik )