Sinar Mas hadir dalam gelaran Indonesia Sustainability Forum (ISF) pada tanggal 7-8 September 2023 di Jakarta. Acara ini diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama Kamar Dagang Indonesia (KADIN).
Forum ini diharapkan dapat menjawab tantangan yang dihadapi negara berkembang dan negara maju dalam mengimplementasikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Kurang lebih 700 pemangku kebijakan, pakar ahli, serta investor dari seluruh dunia hadir dalam acara tersebut untuk membangun kemitraan di bidang sustainability dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi hijau.
Dalam kesempatan ini, Sinar Mas melalui Sinar Mas Agribusiness and Food membawa sebuah solusi, yakni kelapa sawit sebagai potensi biosolusi yang dimiliki Indonesia dapat menjadi jawaban segera bagi kebutuhan dunia akan bahan bakar nabati rendah karbon berkelanjutan. Hal itu guna memitigasi dampak perubahan iklim.
“Masih cukup waktu bagi umat manusia untuk menyelamatkan bumi pertiwi dari ancaman perubahan iklim, sejauh ada ketulusan untuk mengambil langkah segera, nyata, dan bersama-sama,” kata Chairman Sinar Mas Agribusiness & Food, Franky Oesman Widjaja saat menjadi pembicara kunci pada gelaran Indonesia Sustainability Forum 2023 di Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Dalam diskusi bertemakan “Fuels of the Future for Low Carbon Industri Solution”, Franky menyampaikan potensi besar Indonesia dalam langkah bersama menangani dampak perubahan iklim, melalui pemanfaatan keunggulan sumber daya alam yang dimiliki.
“Seperti minyak kelapa sawit dan banyak sumber daya alam lainnya, yang dapat dan mesti memainkan peran penting bagi masa depan Indonesia yang rendah karbon,” katanya.
Franky menambahkan, komoditas kelapa sawit merupakan salah satu sumber daya alam terbesar Indonesia dan berkah Tuhan Yang Maha Esa untuk Indonesia karena mampu menyediakan mata pencaharian bagi lebih dari 17 juta orang, yang sebagian besar berada di pelosok pedesaan. Selain itu, minyak kelapa sawit juga menjadi kontributor utama ekspor Indonesia yang tahun 2022 tercatat bernilai sekitar US$40 miliar.
Capaian tadi berasal dari karakteristik minyak kelapa sawit sebagai minyak nabati paling produktif yang mampu menghasilkan 5 hingga 10 kali lebih banyak per hektar perkebunan, dibandingkan dengan minyak nabati lain yang ada.
“Hanya dengan luasan 8% dari total lahan yang digunakan untuk memproduksi minyak nabati, dapat memasok 40% dari kebutuhan minyak nabati dunia saat ini,” ujar Franky.
Ia memperkirakan, pada tahun 2045 mendatang, produksi minyak kelapa sawit akan mencapai 100 juta ton per tahun, tanpa perlu melakukan perluasan lahan perkebunan.
Dengan memanfaatkan keunggulan ini secara terencana dan berkelanjutan, Indonesia telah mendekarbonisasi ekonominya melalui program B35. Franky pun optimistis mengenai pengembangan lebih jauh bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar pesawat udara.