Pentingnya membangun keberlanjutan dalam strategi bisnis disampaikan Chief Sustainability Officer APP Group, Elim Sritaba dalam forum Indonesia Economic Summit di Jakarta, Selasa (18/2/2025). Di sana, dirinya bersama para panelis yang lain membahas bagaimana perekonomian Indonesia dapat bertumbuh berbasis optimalisasi kekayaan alam yang dimiliki secara bijak dan berkelanjutan, sehingga dampak perubahan iklim tetap termitigasi.
Elim melihat adanya pemahaman yang berbeda soal bisnis keberlanjutan di Indonesia. Padahal langkah keberlanjutan menjadi salah satu fokus yang berpotensi mendukung tujuan pemerintah Indonesia dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan bisa melihat keberlanjutan sebagai sebuah investasi.
“Membangun keberlanjutan dalam strategi bisnis inti sangatlah penting. Dengan mendorong kesadaran melalui organisasi seperti Kadin, APINDO, dan lainnya, kita dapat mendorong perusahaan untuk menerapkan ESG. Ini adalah tentang mengubah pola pikir dengan melihat keberlanjutan sebagai sebuah investasi. Cara ini tidak hanya memitigasi risiko, tetapi juga membuka peluang-peluang baru,” jelas Elim.

Selaku salah seorang panelis dalam forum bertajuk “Policies and Initiatives for Accelerating Indonesia’s Green Growth”, ia menjelaskan entitas bisnis yang lebih besar dapat berperan menjembatani pemahaman yang berbeda dari rekan-rekannya yang lebih kecil mengenai pentingnya keberlanjutan bagi bisnis dan operasional.
“Perusahaan besar dapat memberikan edukasi kepada UKM mengenai risiko dan kerugian tersembunyi jika bisnis mereka tidak berdasarkan prinsip keberlanjutan,” ungkapnya. Pada kesempatan yang sama, Sinar Mas Board Member yang juga Chairman Sinar Mas Agribusiness and Food, Franky Oesman Widjaja beserta Managing Director Sinar Mas, Ferry Salman terlihat pula di antara 1.500 orang peserta asal 48 negara dalam perhelatan yang berlangsung sepanjang dua hari ini.
Diversifikasi Energi Tak Serta Merta Lupakan yang Sudah Ada
Pada hari kedua, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia dalam pengantarnya menyampaikan usulan strategi pemanfaatan sumber energi gabungan antara batu bara dan energi baru terbarukan. “Saya laporkan kepada Pak Presiden, bila batu bara kita ini kan masih banyak, kenapa harus kita ikut gendang negara-negara besar? Sementara China, India, masih memanfaatkan batubara, cuma di-blending. Saya sampaikan, kalau Bapak izinkan, kasih kami waktu, kita buat strategi agar cost-nya tidak mahal, tapi energi baru terbarukan tetap ada,” jelasnya, Rabu (19/02).

Praktiknya menurut Bahlil, penggunaan energi surya dan angin dapat dimanfaatkan pada siang hari. Sedangkan PLTU batu bara memasok energi pada malam hari. Dengan begitu, dapat menjaga harga listrik diharapkan tetap terjangkau sehingga daya saing industri tetap terjaga, demikian dirinya mencontohkan.
“Kita blending agar harganya pas. Karena kalau tidak, saya yakinkan bahwa kita akan mengalami persoalan yang susah. (Strategi ini dilakukan) supaya industri kita bisa tetap kompetitif,” ujarnya.
Penulis: Alika Nur Kaukab, ed., Jaka Anindita
Foto: Noveradika Priananta, dokumen pribadi