Sinar Mas Land akan mulai membangun kawasan Digital Hub pada tahun ini, sebuah kawasan kota pintar berbasis digital yang terintegrasi dan mampu mendukung aktivitas bisnis bagi para penghuninya. Kawasan tersebut nantinya akan menjadi tempat berkumpul berbagai macam perusahaan digital raksasa, startup, R&D Center, Pusat edukasi berbasis IT dan kreatif industri.
Pembangunan Digital Hub ini merupakan salah satu inovasi baru dari Sinar Mas Land yang sudah dibahas secara mendalam dan melibatkan banyak pihak. Kawasan yang dijuluki sebagai “Silicon Valley Indonesia” ini merupakan jawaban dan solusi atas tantangan dari arus perkembangan teknologi dalam jangka waktu panjang.
Tentunya sejumlah inovasi dan fasilitas yang diberikan diharapkan bisa berkontribusi secara baik terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal itu dirasa perlu, mengingat ketidakpastian ekonomi dunia tengah menekan ekonomi Tanah Air sehingga perlu ada aspek lain untuk menstimulus ‘mesin utama’ perekonomian.
Sinar Mas Land menyiapkan lahan seluas 25,86 hektare (ha) di BSD City, Tangerang Selatan, Banten, untuk dibangun mirip Silicon Valley di San Francisco Bay Area, Amerika Serikat (AS), yang di dalamnya terdapat kantor pusat Facebook, Twitter, Google, dan lainnya.
Project leader Digital Hub Sinar Mas Land Irawan Harahap mengatakan, saat ini master plan untuk pembangunan kawasan Digital Hub sudah selesai. Sementara, pembangunan infrastruktur akan mulai dikerjakan pada kuartal II-2017. Estimasi pengerjaan proyek di kawasan tersebut hingga selesai sekitar 15 tahun.
“Gedung yang pertama akan rampung pada kuartal pertama 2019,” ujar Irawan, kepada Metrotvnews.com, di Jakarta.
Gedung perdana di kawasan Digital Hub itu akan diberi nama Knowledge Hub. Beragam fasilitas disediakan, seperti social coloboration/sosial ecospace yang merupakan sebuah tempat bagi para pemain industri digital berkumpul dan bertukar pikiran dalam menciptakan sebuah ide.
Harga kompetitif ditawarkan bagi perusahaan dan institusi di bidang IT dan teknologi yang tertarik membeli tanah atau menyewa kantor di sana, sehingga diharapkan memicu minat perusahaan digital lainnya memindahkan kantor operasional ke kawasan BSD City. Sinar Mas Land menyediakan tiga model bisnis yang ditawarkan kepada yang berminat.
“Pertama, kita akan bangun kantornya, lalu disewakan ke techno leaders/digital communities. Kedua, mereka membeli tanah dan mereka bangun sendiri kantornya atau showcase center-nya atau innovation hub mereka di Indonesia. Ketiga, konsep Build to Suit (BTS). Jadi, kalau mereka ada kebutuhan office space, kita bangun sesuai kebutuhan mereka dengan modal belanja dari Sinar Mas Land,” jelas Irawan.
Sementara untuk sistem pembelian dan penyewaan tanah, Irawan mengungkapkan, pihaknya akan lebih dahulu berfokus pada lahan seluas 13 ha. Dari luas tersebut, sebanyak 70 persen lahan akan digunakan untuk kepentingan komersil dan sisanya akan digunakan untuk kepentingan Sinar Mas Land.
“Sebanyak 30 persennya kita simpan sendiri. Jadi, masih ada 30 persen kita kelola sendiri. Kita bangun benar-benar murni dan sewakan ke para tenants,” kata dia.
Untuk menggugah minat konsumen, Irawan akan memberikan insentif. Insentif tersebut akan membantu perusahaan digital agar lebih maksimal dalam mengembangkan inovasi dan mendukung aktivitas bisnis di Tanah Air. Mengenai besaran insentif akan disesuaikan kebutuhan masing-masing perusahaan.
“Misalnya, ada startup baru di bidang 3D, nanti kita siapkan satu ruangan untuk 3D printing center. Kita akan investasi ke sana. Kalau butuh alat baru, nanti kita akan kasih alat baru. Kemudian, ada VR Room nanti kita siapkan. Jadi, mereka tidak perlu lagi mengeluarkan belanja modal untuk investasi produk sehingga kita bisa memfasilitasi kebutuhan para komunitas digital ini,” paparnya.
Untuk memaksimalkan pembangunan dan menyediakan sejumlah fasilitas di Digital Hub, Sinar Mas Land tak tanggung-tanggung merogoh kocek hingga Rp3 triliun. Dana tersebut sepenuhnya bersumber dari dana sendiri.
“Kecuali ada perusahaan luar maupun dalam negeri yang mau investasi ke kita, nanti bisa gabung. Untuk saat ini, masih duit sendiri,” ucapnya.
Kendati sudah maksimal memberikan sejumlah fasilitas dan insentif, Irawan tidak menampik bahwa merealisasikan perusahaan digital dan institusi terkait untuk memindahkan kantor operasionalnya di kawasan Digital Hub bukan perkara mudah. Ini menjadi tantangan besar, sekaligus menjadi batu pijakan dalam kesuksesan proyek tersebut.
Irawan tak memungkiri, masalah tempat tinggal dan akses transportasi ke BSD City menjadi pertanyaan yang dilontarkan konsumen. Namun, sebenarnya itu tak menjadi soal karena untuk keluar dan masuk ke kawasan BSD City terdapat bus feeder yang langsung mengarah ke pusat kota Jakarta, seperti Mangga Dua, Sudirman, dan Gatot Subroto.
“Kita sedang membangun intermoda di BSD. Mungkin akan selesai pada akhir 2018. Itu nanti one stop integrated trasportation hub, akan ada stasiun bus, stasiun kereta, shuttle bus BSD, kawasan tersebut juga dilengkapi beberapa fasilitas seperti apartemen, dan pasar modern ,” paparnya.
Sedangkan untuk solusi tempat tinggal, Sinar Mas Land memberikan penawaran khusus berupa diskon untuk beberapa rumah berdasarkan kesepakatan bisnis antara Sinar Mas Land dengan perusahaan startup.
“Nah, kalau startup ada beberapa pilihan yang diberikan BSD. Untuk business to business (B to B) kita kasih payung perjanjian buat spesial price additional diskon dari harga pasar, tapi dengan minimum order,” imbuhnya.
Apabila tidak ingin membeli, maka menyewa rumah di kawasan BSD City bisa menjadi solusi lain. Sebab, harga sewa rumah yang ditawarkan di kawasan tersebut cukup kompetitif. “Kalau untuk anak muda, bisa bertiga sewa satu rumah. Sebab, sewa rumah di BSD relatif terjangkau. Ada juga apartemen satu kamar ,studio yang dekat dengan kawasan Green Office Park,” kata dia.
Tidak hanya itu, juga terdapat shuttle bus di beberapa titik tempat tinggal menuju ke Green Office Park dan kawasan Digital Hub. Sedangkan untuk memberikan kemudahan bagi karyawannya maka di dalam kawasan Digital Hub itu nanti akan disediakan sepeda listrik agar lebih efisien dan efektif dalam berpindah tempat atau melakukan pertemuan.
Di sisi lain, Irawan mengatakan, pembangunan Digital Hub melibatkan masyarakat setempat. Hal ini dilakukan dalam rangka menciptakan lapangan kerja, menumbuhkan lingkungan yang kondusif dan produktif, termasuk memajukan perekonomian suatu tempat.
“Kamu pindahin kita ke sini, tapi sumbernya (tenaga kerja) dari mana? Nah, tenaga kerja yang membangun kawasan 26 ha itu kita serap dari masyarakat sekitar. Ini yang membedakan kita dengan developer lain,” pungkasnya.
Bukan yang Pertama
Sinar Mas Land memang bukan pihak pertama yang ingin membangun “Silicon Valley Indonesia.” Tapi, dia beda. Apa yang membedakan Digital Hub milik Sinar Mas Land dengan yang lain?
“Kita sedang membangun, mengubah BSD sebagai smart, digital, and creative city. Cara kita membangun melalui ekosistem. Salah satu komponen ekosistem yang paling penting adalah membangun pusat industri digital,” ujar CTO Sinar Mas Land, Irvan Yasni. Digital Hub akan menjadi pusat dari industri digital tersebut.
“Kalau berbicara soal smart city, ujung-ujungnya kan masalah efisiensi energi dan keamanan,” ujar Irawan. Sehubungan dengan hal itu, untuk mengembangkan Digital Hub Sinar Mas Land akan menggunakan perangkat dengan konsumsi daya yang rendah. Mereka juga akan menggunakan energi dari sumber terbarukan, seperti tenaga matahari, angin, dan air.
“Yang paling bisa diaplikasikan adalah sinar matahari. Nanti, panel suryanya bisa dikamuflasekan di atap atau di bawah,” kata Irvan menjelaskan.
Seraya berkelakar, Irvan mengatakan bahwa sekarang ini, kebutuhan pokok manusia tidak hanya terbatas pada listrik dan air. Internet juga telah menjadi kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat. “Katanya, kalau enggak ada internet, enggak hidup,” ujar pria berkacamata ini. Oleh karena itu, di Digital Hub akan disediakan public WiFi.
Sebenarnya saat ini, teknologi yang ada memungkinkan perumahan untuk mendapatkan internet dengan kecepatan hingga 1GB. Dia berharap, keberadaan public WiFi akan menjadi insentif tersendiri bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas di BSD.
Selain internet, Sinar Mas Land juga mengimplementasikan kamera pengawas CCTV (Closed-Circuit Television) untuk keamanan dan lalu lintas. Sinar Mas Land juga akan membuat command center yang berfungsi untuk memudahkan akses ke semua data yang dikumpulkan oleh CCTV.
CCTV memang memberikan keamanan secara fisik yang lebih baik. Namun, muncul kekhawatiran bahwa data CCTV tersebut akan dicuri hacker. Terkait hal ini, Irvan menjelaskan bahwa Sinar Mas Land tidak sekadar memasang CCTV dan menghubungkannya ke internet.
“CCTV kita tidak langsung terhubung ke internet, tapi masuk ke platform. Platform inilah yang menyimpan berbagai data,” ujar Irvan. “Platform itu dijaga oleh sistem keamanan yang baik, seperti saat kita mengatur bisnis perusahaan.” Dia menegaskan, sistem keamanan untuk platform Digital Hub sudah sekelas enterprise.
Irawan menyebutkan, Sinar Mas Land juga mengembangkan smart home. “Smart home bukan dalam artian panic button dan CCTV saja,” katanya sambil tersenyum. “Kita punya aplikasi, yang akan terintegrasi dengan semua kegiatan yang ada di rumah.”
Aplikasi itu akan dapat dipasang di smartphone. Selain memonitor segala aktivitas di rumah, aplikasi juga dapat digunakan untuk berbagai hal. Mulai dari membeli makanan, membayar tagihan listrik, berbelanja.
“Kehidupan masyarakat bisa kita bantu dengan aplikasi mobile. Seperti Go-Jek, bisa pesan makanan atau shopping, bayar tagihan,” kata Irvan. Dia juga menyebutkan, aplikasi ini akan terus dikembangkan sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat.
Sinar Mas Land menjelaskan, Digital Hub sejatinya ditujukan untuk perusahaan dan startup teknologi. Karena itulah, jika ada perusahaan besar non-teknologi yang tertarik untuk berkantor di Digital Hub, pihak Sinar Mas Land akan mengarahkan mereka ke area komersil lain yang menjadi bagian dari BSD City.
“Tapi tidak usah khawatir, label smart-nya enggak akan hilang, karena yang kita bangun kan kotanya,” ujar Irvan.
Irvan sadar, terbentuknya Silicon Valley juga berkat keberadaan para akademisi. Karena itu, dia berharap universitas yang berada di BSD City berafiliasi dengan perusahaan-perusahaan asing yang memiliki pengaruh besar di dunia teknologi.
“Kita kan mau mengundang para technology leaders, orangnya dari mana? Untungnya sebagai kota, kita punya sekolah, mulai dari SD, SMP, SMA hingga universitas,” kata dia.
Diperkirakan saat ini, ada sekitar 3 ribu mahasiswa di BSD City. Dengan begitu, para perusahaan teknologi raksasa memiliki opsi luas untuk mencari calon pegawai.
(Sumber: Metrrotvnews)