Memadamkan api di suatu lahan tidak semudah yang dibayangkan. Bahkan kisah-kisah mistis menyelimuti kegiatan ini.
Kisah-kisah mistis dialami petugas pemadam kebakaran hutan dan lahan konsensi Asia Pulp and Paper (APP) Sinarmas di Kabupaten Ogan Komering ilir, Sumatera Selatan. Petugas mulai dari kesurupan hingga api tidak bisa dipadamkan dalam satu minggu.
Peristiwa mistik pertama terjadi pada 2009 lalu. Saat hendak melakukan pemadaman kebakaran hutan, petugas pemadam, Rahadi harus berjibaku selama seminggu lantaran api tidak dapat dipadamkan.
“Diameter apinya itu kecil. Kalau normalnya itu hitungan jam sudah mati dan paling lama satu hari. Tapi kami bersama tim yang berjumlah 12 orang sampai satu minggu baru padam (apinya),” ujar Rahadi kepada detikcom usai latihan pemadaman di Distrik Sungai Jelutung, Kabupaten Oki, Sumsel, Kamis (9/3/2017).
Peristiwa unik pertama terjadi ketika dirinya bersama rekan satu tim tiba di Simpang Jaribi, Sungai Jelutung yang merupakan wilayah konsensi APP Sinarmas. Setibanya di lokasi, mesin baru yang digunakan untuk memadamkan api tidak dapat dinyalakan.
Padahal sebelumnya telah dilakukan pengecekan sebelum berangkat dan mesin dalam keadaan baik. Hingga 5 jam berada di lokasi, mesin tidak juga dapat dinyalakan. Namun ketika mesin akan ditukar dan sesampainya di kantor Distrik, mesin kembali menyala.
“Awalnya mesin itu hidup sebelum dibawa. Tapi pas sampai di sana nggak mau hidup, padahal masih baru. Hampir lima jam kami coba hidupkan tidak bisa. Tapi pas sampai di kantor hidup lagi,” katanya mengingat awal kejadian tersebut.
Tidak hanya itu, pada saat pembuatan kanal untuk menghambat jalannya api agar tidak merambat, juga tidak bisa dilakukan. Hal ini lantaran kanal tidak dapat dibuat secara lurus meskipun telah dilakukan pemancangan. Namun selalu keluar dari jalur yang dipasang garis pancang.
Rahadi (45), meyakini kejadian mistis tersebut dikarenakan adanya makam tua yang tidak lagi terawat. Makan tersebut tidak diketahui masyarakat sekitar.
Hal serupa dialami tim pemadam yang berbeda, Nursaringat (40) saat melakukan pemadaman di lokasi yang sama pada akhir 2016 lalu. Salah seorang tim kesurupan dan berpesan bahwa ada makam yang telah diratakan oleh alat berat saat pembuatan kanal.
“Ada teman satu tim yang kesurupan pas mau padamkan api di Simpang Jeriji. Dia berpesan kalau lokasi tersebut adalah bekas makamnya,” ujar Nursaringat.
Meski tidak pernah melihat secara langsung dengan kasat mata, namun masyarakat dan petugas di kawasan konsensi tersebut meyakini keberadaan penghuni Simpang Jeriji. Setelah petugas mendapat pesan tersebut, tidak lama berselang dirinya bersama tim kemudian memberikan tanda (patok) di tempat yang disebut-sebut merupakan makam tua tersebut.
“Sejak kami kasih patok tidak ada lagi gangguan di sana terutama untuk kebakaran itu tidak ada lagi, ” tutupnya.
Alat Canggih Pendeteksi Api
APP Sinarmas memasang dua kamera thermal untuk memantau titik api di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Tidak tanggung-tanggung, harga satu unit kamera pendeteksi mencapai Rp 1,3 miliar.
Kamera yang dipasang di dua titik seperti Padang Sugihan dan Simpang Tiga yang merupakan konsensi APP Sinarmas dan menjadi tanggung jawab utama perusahaan kertas tersebut.
“Awal Januari 2017 sudah dipasang kamera pemantau titik api. Dengan pantauan kamera tersebut, tim pemantau kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dapat dengan mudah memonitor letak-letak keberadaan titik api, ” ujar perwakilan dari manajemen APP Sinarmas Mujica Lusaka, kepada wartawan di Air Sugihan Oki.
Kamera thermal sendiri dipasang diatas tower pemantauan dengan ketinggian 70 meter. Kamera juga mampu mendeteksi titik api berukuran 2 meter persegi dengan jarak 10 kilometer dan memutar 360 derajat.
Menurut Mujica, selain jangkauan yang luas, kamera juga dapat memberikan data akurat dan bersifat sesuai kenyataan. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan pencegahan Karhutla, Sinarmas berencana menambah kamera untuk diletakkan di beberapa titik yang sulit dipantau petugas di lapangan.
“Rencananya akan kita tambah lagi. Karena masih ada beberapa titik yang belum dapat terpantau langsung oleh petugas,” imbuhnya.
Selama 201 6, Sinarmas telah berhasil menekan angka arhutla hingga 90 persen lebih dibandingkan tahun 2015. Termasuk dengan menerapkan Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang tersebar di 500 lokasi yang ada di Ogan Komering Ilir.
(Sumber: Detik )