Terhubung erat dengan beragam mitologi dan legenda. Sebagian mengaitkannya sebagai simbolisasi kebijaksanaan karena Athena, Dewi Kebijaksanaan dalam mitologi Yunani sangat menyayanginya. Namun ada juga yang percaya sosoknya adalah pertanda datangnya maut atau kematian seperti yang diyakini orang-orang Romawi dulu.
Namun di luar kekayaan kisah dan legenda yang menyertainya, kehadirannya ternyata banyak bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Burung hantu Blakiston di Rusia adalah indikator alami bagi tingkat kelestarian dan kerapatan hutan tua. Jika sosoknya terlihat, itu artinya kerapatan hutan di sana masih terjaga baik. Tapi yang sering dimanfaatkan manusia adalah kemampuan burung hantu sebagai pemangsa alami bagi hama pengganggu di areal perkebunan dan persawahan.
Di Indonesia pendekatan ini dipopulerkan oleh Ir. Mochamad Syaphon A.W. yang menggunakan burung hantu jenis Tyto alba atau burung hantu putih untuk memberantas tikus. Upaya yang membuat beliau diganjar penghargaan Kalpataru tahun 1991.Tikus memang momok tersendiri bagi industri perkebunan, termasuk perkebunan kelapa sawit.
Berburu pada malam hari mengandalkan indera pendengaran dan pengelihatan mereka yang istimewa, burung hantu mampu terbang hampir tanpa suara. Belum lagi kemampuannya memutar kepala hingga 270 derajat ke berbagai arah, berikut paruh dan cakar yang kokoh, lengkap sudah sosoknya sebagai pemburu malam yang istimewa.
Meskipun bersifat monogami, namun burung hantu putih – yang tersebar hampir di seluruh penjuru dunia – dapat berkembang biak sepanjang tahun, bergantung pada kecukupan pasokan makanan mereka. Melihat potensinya, Perkebunan Kelapa Sawit milik PT SMART Tbk sejak lama berkolaborasi dengan sang hantu dalam memerangi hama tikus.
Teks: Jaka Anindita
Desainer grafis: Fanny Fransiska