Hampir 200 orang hadir mengisi Ballroom Plaza Simas, Jakarta Pusat saat Ramah Tamah Natal 2015 dan Tahun Baru 2016 berlangsung, Selasa (12/1). Mulai dari para Chairman Sinar Mas, jajaran direksi dari seluruh pilar bisnis, advisor, serta para undangan dari komunitas media nasional dan sejumlah tokoh berkumpul di sana. Hal baru pagi itu adalah penyerahan penghargaan Sinar Mas 6 Values. Datang dari berbagai penjuru kota, dengan beragam latar belakang, sekaligus rentang usia yang cukup berbeda, tahun ini adalah kali pertama anggota keluarga besar Sinar Mas diganjar penghargaan atas pencapaian mereka yang selaras dengan nilai luhur Sinar Mas.
Seperti Kepala Sekolah Menengah Pertama Eka Tjipta Rungau, Kalimantan Tengah, Nur Hamid yang sebelumnya meraih prestasi sebagai Kepala Sekolah Eka Tjipta Terbaik, dan menjadi sosok pertama yang meraih penghargaan Integritas. Tantangan utama di sekolah kebun adalah peran serta orang tua dalam proses pendidikan anak-anaknya. “Sebagian besar orang tua murid sibuk bekerja di perkebunan, pendidikan mereka juga tidak tinggi. Kami menjembatani hal itu dengan menjaga komunikasi. Setidaknya, dalam setahun kami bertemu 4 kali dan saling bertukar informasi tentang anak-anak kami,” ceritanya. Sedangkan landasan yang dipakainya bersama para guru untuk mendorong prestasi akademik adalah melalui penelusuran potensi siswa.
Pak Nur Hamid tidak sendirian karena penghargaan yang sama juga diberikan kepada Guru Terbaik Sekolah Eka Tjipta, Umul Latifah dari Sekolah Dasar Eka Tjipta Terawan, Kalimantan Tengah, tempatnya mengabdi sejak Maret 2005. Senada, Bu Ifah yang pengajar matematika ini menyebut jika penelusuran potensi siswa penting sekaligus menantang untuk dilakukan, mengingat di sekolah kebun – begitu Sekolah Eka Tjipta biasa disebut – seleksi akademik tidak bisa dilakukan di awal pendidikan seperti banyak dilakukan sekolah di kota-kota besar. Pendampingan Eka Tjipta Foundation dan PT SMART Tbk membuat para pendidik seperti dirinya mendapatkan wawasan dan kiat dalam melakukan penelusuran potensi, menyiasati kondisi yang ada. Hasilnya, sejak 2007, SD Eka Tjipta Terawan selalu berhasil mengirimkan siswanya berlaga di Olimpiade Sains Nasional mulai dari tingkat kabupaten, bahkan hingga ke tingkat nasional di tahun 2012 lalu.
Sementara siswa yang mendapat penghargaan adalah Maryuana Surya Adi Pratama dari Sekolah Dasar Eka Tjipta Kuayan, Kalimantan Tengah yang catatan prestasi akademiknya membawa Yuan – yang duduk di kelas 6 – menjadi Siswa Terbaik Sekolah Eka Tjipta. Anak tunggal dari ayah seorang petugas keamanan dan ibu yang pengelola asrama karyawan di kebun PT SMART Tbk., membuatnya menyandang sebutan sebagai ‘anak kebun’. Matematika menjadi minatnya, tak heran jika ia terpilih ikut serta dalam OSN tingkat Provinsi “Seru aja, belajar menggunakan rumus untuk memecahkan perhitungan yang ada,” ujar gadis yang bercita-cita menjadi dokter ini.
Giasa Lutfiah, lulusan program studi Desain Produk Industri Institut Teknologi dan Sains Bandung, Deltamas, Bekasi mendapatkan penghargaan Inovatif melalui karyanya, Energy Bike yang sempat dijajal di tempat oleh Managing Director Sinar Mas, G.Sulistiyanto. Menurutnya, inovasi tidak mesti menciptakan sesuatu yang baru sama sekali, tapi dapat juga mengembangkannya dari sesuatu yang sudah ada, dan akan baik jika mempertimbangkan pula aspek lingkungan.
Dengan kecepatan 20 km per jam, berapa lama sepeda ini mencapai Plaza Simas di Jakarta jika dikendarai dari Kampus ITSB di Deltamas Bekasi?
Sedangkan Regu Pemadam Kebakaran APP-Sinar Mas Forestry dan anggota Masyarakat Peduli Api yang selama berbulan-bulan berjibaku melakukan pemadaman kebakaran di sejumlah wilayah, dianggap paling layak mendapatkan penghargaan Loyalitas. Ratusan anggota RPK dan MPA yang bertugas di Riau, Jambi dan Sumatera Selatan diwakili oleh ke-6 rekan mereka hari itu.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Willem Rampangilei menyebut mereka pejuang kemanusiaan. Sementara Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin menilai mereka adalah sosok yang memberi kontribusi nyata, bukan cuma omong doang, dan bukan omong kosong.
Jelang siang hari, giliran Ratnaganadi Paramita yang naik podium, ‘menggentarkan’ semua yang hadir. Bukan apa-apa, di usianya yang baru menginjak 23 tahun, ia adalah penyandang gelar doktor di bidang neurosains dari University of California dengan daftar aktivitas akademis berliku. Padahal, di sisi non akademis, Ratna yang menguasai alat musik gu zheng ini juga sangat aktif dengan kerap tampil sebagai solis, sutradara pementasan musik, bahkan sempat pula berakting dalam sinetron. Ia menyampaikan kisahnya sebagai peraih beasiswa Tjipta Pemuda Bangun Bangsa tahun 2010-2014, dan rencana masa depannya di Indonesia, bukan di luar negeri. “Sesuai janji awal saat menerima beasiswa dulu,” ujarnya sambil tersenyum. “Saya ingin mengembangkan teknologi berbasis neurosains untuk mendukung bidang kedokteran di Indonesia,” kata Ratna tentang visinya.
Dengan resume mengerikan, Ratnaganadi memilih beraksi dan berkarya Indonesia.
Terakhir adalah catatan rekor, diterima Director Corporate Affairs & Communicatizons APP, Suhendra Wiriadinata dari Ketua Umum Museum Rekor-Dunia Indonesia, Jaya Suprana atas komitmen APP mewakafkan lebih dari 400 ribu mushaf Al Quran ke berbagai penjuru tanah air sejak tahun 2008. Kehadiran para pimpinan puncak membuat acara terasa dan terlihat lebih istimewa, tapi para bintang saat itu adalah mereka yang tahu bagaimana cara mengamalkan 6 Values dalam keseharian, yang naik panggung, dan menerima penghargaan.
Rekor MURI untuk APP saat wakaf Al-Qur’an mencapai 400 ribu. Tahun ini direncanakan mencapai 500 ribu. Artinya tahun depan akan ada rekor baru.
Reporter: Jaka Anindita
Foto: Noveradika
Desainer grafis: Fanny Fransiska