Direktur Utama Bank Sinarmas, Freenyan Liwang
PERLAMBATAN ekonomi dunia yang terjadi setidaknya dalam dua tahun terakhir, membuat iklim industri keuangan dalam negeri ikut terpengaruh. Dampaknya di dalam negeri tampak pada beberapa harga komoditas ekspor unggulan seperti minyak sawit mentah dan batu bara yang ikut turun sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat. Pada akhirnya, kondisi tersebut juga mempengaruhi kemampuan perbankan untuk tumbuh dan berkembang di tahun 2017 ini.
Meski terjadi perlambatan, optimisme terhadap pasar keuangan dalam negeri tetap ada. Pasalnya pemerintah Indonesia menyikapinya dengan mendorong pembangunan infrastruktur, terutama yang mendukung pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Selain itu pemerintah juga terus menggenjot tax amnesty sebagai salah satu pendapatan negara dari sektor pajak . Ditambah lagi dengan upaya mendorong sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang selama ini rentan terhadap goncangan perlambatan ekonomi global, agar semakin kuat, dan mampu berkontribusi sebagai penggerak perekonomian nasional.
Karena itu, meski dihadapkan dengan tantangan yang tidak mudah, Bank Sinarmas tetap memandang tahun 2017 sebagai tahun penuh harapan. Dengan kata lain, di tahun ayam api ini, Bank Sinarmas tetap melihat kesempatan baik untuk tumbuh besar. Mereka akan terus memaksimalkan dukungan 400 cabang Bank Sinarmas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Direktur Utama Bank Sinarmas Freenyan Liwang mengatakan kalau pihaknya akan lebih memaksimalkan penjualan produk bank dari cabang-cabang Bank Sinarmas di daerah demi mendapatkan keuntungan yang maksimal. “Apabila dulu kita jual satu maka sekarang kita akan menjual dobel,” katanya saat ditemui di kantornya.
Meski demikian, Freenyan tidak menampik kalau perekonomian nasional tidak terlepas dari pengaruh global. Terlebih lagi terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang baru, diperkirakan analis dan pakar bisa menimbulkan ketidakpastian. Sehingga sektor swasta cenderung menahan diri dalam melakukan ekspansi bisnis.
Akibatnya kredit perbankan bakal sulit terserap. “Hanya saja, pasar di Indonesia masih tetap besar. Selain itu harga-harga komoditas seperti emas, CPO dan batu bara mulai naik. Harga minyak bumi juga mulai stabil. Jadi kita optimistis tahun ini tetap bisa bertumbuh dengan baik,” katanya.
Sinergi
Ibarat pohon yang mengakar kuat ke dalam dan bertumbuh subur ke luar, keberadaan ‘saudara-saudaranya’ di lingkup pilar bisnis Sinar Mas menjadi kelebihan tersendiri yang masih terbuka untuk terus digarap. “Saat ini perbandingan komposisi dana yang kami kelola adalah eksternal mencapai 80 % dan dana dari pilar bisnis Sinar Mas 20 %. Karena itu, ke depan potensi dari sesama pilar bisnis yang ada akan lebih ditingkatkan. Kebanggaan untuk memakai produk Bank Sinarmas harus ditingkatkan,” katanya.
Guna meningkatkan sense of ownership karyawan agar bisa berbangga menggunakan produk dan layanan yang tersedia, Bank Sinarmas menggunakan kiat yang disebutnya sebagai promosi obat nyamuk. “Strateginya adalah promosi lewat teman dan saudara dari karyawan Sinar Mas sendiri,” katanya.
Itu dilakukan dengan memberikan layanan yang lincah juga cerdas – di tahap awal melalui layanan pembayaran gaji seluruh karyawan Sinar Mas, serta aktivasi cabang berikut fasilitas ATM di luar pulau Jawa, terutama di wilayah dimana pilar bisnis Sinar Mas beroperasi – dengan harapan mampu menjangkau mereka semua dengan memuaskan, kemudian berlanjut dengan hadirnya rasa kebanggaan serta memiliki, sehingga mereka juga akan dengan senang hati memperkenalkan produk Bank Sinarmas kepada keluarga, kerabat, hingga ke masyarakat luas. “Jadi ada kebanggaan sebagai part of the big family of Sinar Mas,” katannya.
Analis MNC Sekuritas Nurulita Arwaningrum mengatakan, potensi Bank Sinarmas di tahun 2017, cukup bagus. Pasalnya Bank Sinarmas masih ditopang sinergi antar pilar usaha Sinar Mas lainnya, salah satunya dalam pengumpulan dana pihak ketiga (DPK). Menurutnya, kegiatan tersebut sangat membantu meningkatkkan pendapatan Bank Sinarmas. “Dengan DPK yang bertambah maka bisa menambah likuiditas dari Bank Sinarmas itu sendiri, dan ini akan mempengaruhi peningkatan pendapatan. Di satu sisi mereka juga bisa menyalurkan kredit ke sektor UMKM secara lebih luas sehingga bisa meningkatkan Net Interest Margin (NIM) mereka,” katanya.
Peluang menjaring dana pihak ketiga dari luar menurut Nurulita sangat terbuka, “Karena Bank Sinarmas dinaungi oleh grup besar yang sudah dikenal sehingga memiliki brand equity tersendiri, yang membuat nasabah merasa aman untuk melakukan kegiatan transaksi di situ,” pungkasnya.
Ekspansi
Menahan diri bukan berarti tidak melakukan ekspansi. Secara agresif Bank Sinarmas terus membangun channeling dengan banyak nasabah di daerah. “Kami memberikan fasilitas banking loan untuk program kredit multifinance menggandeng Sinar Mas Financial Services, misalnya untuk kepemilikan sepeda motor atau mobil. Selain itu, Bank Sinarmas juga banyak menerapkan sistem partnership untuk kegiatan ekonomi di masyarakat.
Demi meningkatkan kualitas layanan, Bank Sinarmas berekspansi pula pada sisi teknologi, terutama dalam perbaikan kualitas pelayanan sistem informasi teknologi (IT). Dengan begitu, layanan kepada nasabah akan meningkat secara pesat, selaras dengan perkembangan teknologi. Yang menjadi tantangan utama adalah menjawab kebutuhan konsumen, terutama terkait dengan perkembangan teknologi tadi.
“Saat ini hampir semuanya sudah menggunakan layanan mobile banking. Untuk mengecek saldo saja sudah menggunakan mobile banking,” kata Freenyan. Tentunya Bank Sinarmas juga harus bisa menjawab tantangan tersebut dengan memberikan layanan digital secara paripurna.
Dalam mendorong terwujudnya era cashless society, hingga ke daerah misalnya, Bank Sinarmas bergerak melalui sejumlah inovasi, dan perbaikan national payment gateway . Sehingga sistem keuangan perbankan bisa berjalan dengan maksimal dan masyarakat bisa dengan bebas bertransaksi secara aman dan nyaman menggunakan Bank Sinarmas di mana saja. Satu di antaranya dengan melibatkan Sinar Mas Digital Ventures, pilar bisnis termuda Sinar Mas yang lebih sering disebut SMDV.
Lewat kerjasama dengan SMDV, Bank Sinarmas terhubung dengan perusahaan financial technology (fintech) yang menyediakan wahana guna melakukan transaksi pembayaran perbankan. Menurut Freenyan ini dilakukan dengan pertimbangan, kehadiran fintech di masa datang akan menggeser peran transaksi yang masih dilakukan secara tradisional. Jika digital banking diterapkan dengan optimal, ungkapnya, maka kapasitas bank bisa semakin besar dan maju. Kondisi ini secara tidak langsung akan meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan nasabah. “Saat ini nasabah maunya gampang, jadi kita perlu membangun sistem mobile banking sesuai kebutuhan nasabah, sekaligus menjawab tantangan zaman,” papar Freenyan.
Terlebih, optimalisasi digital banking juga sejalan dengan kebijakan perusahaannya mendukung pengembangan keuangan inklusif, yang merupakan program pemerintah. Saat ini baru sekitar 30 % penduduk Indonesia memiliki rekening bank, alias masih ada sekitar 100 juta orang yang belum punya rekening. Bagaimana menjangkau mereka yang begitu banyak dan tersebar di seluruh pelosok negeri, digital banking adalah salah satu solusinya. Dengan sinergi yang terus menerus, bukan tidak mungkin Bank Sinarmas, setelah menyinari karyawan Sinar Mas, akhirnya menyinari pula masyarakat luas.