Mengakhiri pandemi akan bergantung pada sejauh mana masyarakat mampu mengubah budaya dan perilaku sebagaimana mengemuka dalam webinar Indonesia Sehat, Ekonomi Bangkit yang digelar Sinar Mas menuju hari jadinya yang ke-83 bulan Oktober nanti. “Ketika asa mulai datang, perekonomian mulai berputar, hadir dalam benak kita, apakah pandemi dapat benar-benar teratasi? Seperti apa kita menjalani hidup bersama pandemi? Kemudian, bagaimana bentuk serta kelanjutan praktik bisnis manakala kita hidup bersanding dengan pandemi?,” demikian Managing Director Sinar Mas Saleh Husin membuka webinar Indonesia Sehat, Ekonomi Bangkit di Jakarta, Selasa (14/9/2021).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan penanganan pandemi Covid-19 yang memunculkan krisis kesehatan, sosial dan ekonomi di Indonesia, “Berlangsung lewat strategi pentahelix, yakni melibatkan pemerintah dan seluruh aparaturnya, dengan dukungan kalangan perguruan tinggi, seluruh potensi civil society seperti organisasi sosial kemasyarakatan, media massa dan juga sektor usaha.”
Penanganan aspek sosial mendorong Pemerintah membentangkan jaring pengaman sosial untuk menyelamatkan masyarakat yang terdampak paling berat. Begitu hal ini mulai tertangani, langkah selanjutnya adalah mengendalikan ancaman krisis ekonomi. “Kita adalah negara yang tidak dilanda kerusuhan maupun amuk sosial akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Capaian ini justru terlewatkan di media massa,” ujar Muhadjir mengenai penanganan dari sisi sosial. Pada sisi ini pula, sektor usaha seperti Sinar Mas turut mengambil peran.
Mengingat hipotesis saat ini adalah pandemi tidak akan berlalu dalam waktu singkat atau berakhir begitu saja, Pemerintah menurut Muhadjir tengah menyusun skenario agar status pandemi nantinya bergeser menjadi endemi yang penanganannya layaknya penyakit infeksi lainnya. Namun, kuncinya berada pada kesiapan perilaku masyarakat. “Masyarakat mesti terlebih dulu menganggap protokol kesehatan seperti memakai masker bukan lagi sekadar kewajiban namun bagian dari keseharian yang datang karena kesadaran setiap orang.” Meskipun hadir sedikit terlambat, dan tak sempat menyimak pembukaan oleh Saleh Husin, pemaparan Menko PMK laksana menyambut pengantar serta pertanyaan Saleh.
Memperkuat ujaran Menko mengenai hidup bersanding dengan Covid-19, Ketua Tim Pakar Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Wiku Adisasmito mengatakan, upaya pemerintah saat ini adalah sedapat mungkin mengeliminasi Covid-19 yang mensyaratkan rendahnya kejadian baru di suatu wilayah tertentu. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan bersama, seperti menjalankan protokol kesehatan berupa memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Walaupun tampak sederhana, 3M justru paling menantang penerapannya di antara tiga perisai melawan virus, disamping upaya tracing, testing, dan treatment atau 3T, serta vaksinasi. Karena menurut Wiku, kendalinya ada dalam diri masing-masing orang. “Sementara vaksinasi, kendali selain berada dalam diri kita, juga berada di tangan pemerintah, dan produsen vaksin.”
Dirinya memberikan gambaran, sampai saat ini masih ada sekitar 130-an negara di dunia yang belum mendapatkan akses vaksin. “Kalau Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki akses luar biasa banyaknya dibandingkan dengan negara lain, berkat upaya bersama, itu adalah sebuah kelebihan. Pada saat kita memiliki cukup banyak vaksin, namun ternyata belum juga mencukupi untuk kebutuhan seluruh Indonesia, maka kami harus memastikan apa yang kita miliki, dapat terdistribusikan dengan baik. Tugas kita bersama untuk meyakinkan masyarakat bahwa untuk bisa terlindung bersama, atau herd immunity, setidaknya 70 persen dari keseluruhan populasi mesti tervaksinasi.”
Terbentuknya kekebalan komunal mesti diikuti upaya meningkatkan kapasitas infrastruktur kesehatan di seluruh penjuru negeri. “Agar langkah pengawasan penyebaran varian baru yang muncul, dan penanganannya dapat berlangsung efektif,” ungkapnya. Senada dengan Muhadjir, deraan pandemi saat ini menurut Wiku mendorong pemerintah menyegerakan tersedianya rencana ketahanan kesehatan masyarakat, yang sangat dibutuhkan untuk merespon beragam ancaman kedaruratan kesehatan di masa mendatang. Hari itu, tak kurang 585 peserta tercatat bergabung dalam webinar, termasuk Sinar Mas Board Member, Muktar Widjaja dan Franky O. Widjaja.
Dalam penanganan pagebluk, praktiknya dapat menjadi sangat situasional sebagaimana kondisi di setiap daerah yang seringkali berbeda. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil berujar bagaimana provinsi yang dipimpinnya memiliki jumlah penduduk terbesar di negeri ini, mencapai hampir 50 juta jiwa. “Sampai bulan September kami baru mendapatkan 19 juta vaksin, sementara kebutuhan hingga bulan Desember sebesar 15 juta vaksin perbulan, mengingat pemerintah pusat memiliki pertimbangan tersendiri,” ujar Ridwan yang hari itu tampil bersemangat sembari menggunakan sejumlah pengistilahan berbahasa Inggris. Dirinya mengungkapkan pula betapa pemerintah provinsi juga mesti manyalurkan bantuan sosial kepada 75 persen dari penduduk Jawa Barat, di mana pihaknya harus terlebih dulu menyaring dan menyunting data hingga 23 tahap agar bansos bisa sampai tepat sasaran. “Lesson learned-nya, problem bangsa ada pada data. Covid-19 memberikan pelajaran good data, good display, bad data, bad decision, no data, no decision.”
Tak saja dari sisi jumlah penduduk, tapi karena luasan beserta ragam tipe wilayah di Jawa Barat menurut Emil begitu dirinya biasa disapa, membuat mereka mesti mengedepankan pendekatan yang proaktif dalam penanganan pandemi, “Pada saat ada arahan dari pusat kami laksanakan, namun saat belum ada arahan dari pusat, kami mengambil inisiatif sendiri.” Selain itu, “Kami selalu mencoba transparan, tidak ada yang disembunyikan, dan ilmiah. Keputusan tidak diambil bedasarkan feeling atau emosi semata, tapi semua berdasarkan data epidemiologis. Berikutnya, menggerakkan inovasi, karena BUMN seperti Biofarma kan berada di Jawa Barat, ITB dan Pindad juga kami dorong membuat ventilator.” Pendekatan terakhir adalah kolaborasi, di mana menurutnya Sinar Mas banyak berperan di wilayah kerjanya. “Karena prinsip kami, no one save until everyone is save,” demikian Emil.
Dalam webinar, terjadi momen langka saat Asia Pulp & Paper Sinar Mas Director, Suhendra Wiriadinata kali ini hadir mewakili Sinar Mas. “Kurun waktu 83 tahun sejak berdirinya Sinar Mas di Indonesia, telah mengajarkan seluruh bisnis pilar bisnsi di bawah payung Sinar Mas untuk memiliki sikap dan semangat pantang menyerah, resilient, dalam menghadapi segala macam krisis, baik krisis ekonomi maupun krisis kesehatan seperti pandemi,” urainya. Dirinya bersyukur, beberapa pilar bisnis yang ada, setelah pandemi berlangsung dua tahun, masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Pada lini produksi, Suhendra berkisah, pihaknya mendorong berlangsungnya transformasi digital, sementara inovasi dipertajam guna mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan publik di masa pandemi. Dirinya mengambil contoh apa yang dilakukan APP Sinar Mas dengan menghadirkan masker, sanitizing wipes, hingga disinfektan. Sementara bentuk tanggung jawab sosial perusahaan menyesuaikan pula dengan situasi terkini, yang terfokus pada donasi kemanusiaan dan kepedulian baik di tingkat nasional melalui wadah Pengusaha Peduli NKRI, serta sejumlah inisiatif lain bersama Eka Tjipta Foundation dan Yayasan Buddha Tzu Chi cabang Sinar Mas, maupun di lingkup karyawan seperti yang dilakukan lewat Paguyuban Sinar Mas.
Hal itu, ujar Suhendra menjadi penanda Sinar Mas tetap hadir di tengah masyarakat, menjaga semangat optimisme, sembari tetap berkontribusi bagi perekonomian nasional, peduli pada aspek sosial dengan membantu pemerintah memitigasi dampak pandemi.
Penulis: Jaka Anindita
Grafis: Dede Ilham F
Foto: Noveradika, Berita Satu, Detik.Com, Kompas
Tags: APP, Asia Pulp & Paper Sinar Mas APP Sinarmas, Bantuan sosial, BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Corporate Communications, Covid-19, CSR, Dede Ilham F, Ekonomi Bangkit 83 tahun Sinar Mas Webinar, Franky O Widjaja, Gubernur Jawa Barat, Herd immunity, Indonesia Sehat, Jaka Anindita, Jaring pengaman sosial, Kekebalan komunal, Ketua Tim Pakar Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional PEN, Managing Director Sinar Mas, Menko PMK, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, Muktar Widjaja, Pandemi, Pengusaha Peduli NKRI, President Office, President Office Sinar Mas, Ridwan Kamil, Saleh Husin, Sentra vaksin PPNKRI, Sidhi Pintaka, Sinar Mas, Sinar Mas Land, sinarmas, SMILE Magazine, SMILE Magz, Suhendra Wiriadinata, Ulang Tahun Sinar Mas, Vaksinasi, Wiku Adisasmito