Menjalani karir hampir empat dasawarsa di sektor privat yang 29 tahun di antaranya berlangsung di Sinar Mas – dengan jabatan terakhir Managing Director – menjadikan dirinya menyebut hari barunya nanti selaku duta besar adalah darmabakti bagi negara. Dirinya menyambut antusias hal ini, bahkan menyatakan keluarganya memberikan dukungan penuh. Produk Korea baik manufaktur, budaya hingga gaya hidup hadir seperti banjir ke Indonesia. Mampu membukakan jalan agar hal sebaliknya terjadi adalah tantangan yang mesti dihadapinya. Dalam wawancara terakhirnya dengan SMILE Magazine, Selasa (9/11/2021) di Sinar Mas Land Plaza, Jakarta Pusat yang tak lama lagi akan ditinggalkannya, Gandi Sulistiyanto juga sempat berkisah tentang kemungkinan filosofi President Office yang ia pimpin di Sinar Mas terbawa dalam pola kerja di Seoul nanti.
Apa yang membuat Anda tertarik pada pengabdian yang baru, selaku duta besar?
Duta besar ini, bagi saya bukan karir, melainkan penugasan. Karena yang yang menyampaikan ataupun memintanya adalah Pemerintah lewat Presiden Joko Widodo. Karir saya adalah sebagai profesional di dunia usaha, yang telah saya jalani selama 39 tahun.
Saya melihat ini justru sebagai sebuah peluang. Saatnya saya memberikan darmabakti kepada negara melalui jabatan duta besar. Panggilan yang menurut saya luar biasa, di mana tidak semua orang mendapatkan kesempatan seperti ini.
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan saya, bukan dari sisi komersial ataupun income. Karena menjadi dubes adalah, pertama mengabdikan karya kepada Pemerintah, kedua mencatatkan legacy bagi keturunan saya, anak cucu saya, dan ketiga legacy kepada teman-teman atau junior saya di dunia usaha, kalangan profesional. Bahwa seorang profesional, juga dapat menjadi duta besar mewakili negara.
Bagaimana kisahnya sampai Anda yang ditunjuk untuk menempati pos di Seoul?
Menteri Sekretaris Negara memanggil dan menyampakan kalau ada peluang bagi saya guna menduduki jabatan tersebut. Ketika itu, saya meminta waktu, hingga merasa benar-benar siap, sudah oke. Tentu saya surprise. Apalagi ini-kan kesempatan kedua, setelah yang sebelumnya pernah ada tawaran penugasan ke sebuah negara Asia juga, tetapi tidak jadi. Pertimbangan saya tentu saja keluarga, pertimbangan kedua adalah izin kepada boss saya. Setelah memperoleh respon positif, baru saya sampaikan kesiapan saya. Kesiapan yang berarti secara lahir dan juga batin, bukan hanya sekadar siap secara mental tetapi juga siap secara fisik. Karena tugas ini menuntut kerja keras.
Kemudian berlangsung prosedur fit and proper test dihadapan DPR. Setelah dinyatakan lulus, Pemerintah mengirimkan surat kepada negara akreditasi dalam hal ini Republik Korea. Saat itulah, kalau nanti dari negara akreditasi sudah menjawab, memberikan persetujuan, baru Presiden akan melantik saya, sebelum berangkat memulai tugas.
Saat mengetahui Korea sebagai negara tempat bertugas, apa yang ada dalam benak Anda ketika itu? Apa tanggapan keluarga saat itu?
Saat mengetahui negara akreditasi saya adalah Republik Korea, langsung terbayang di benak saya jika istri pasti mau, karena dia seorang penggemar drama Korea. Sementara anak-anak pasti mendukung karena cucu saya penggemar BTS dan Blackpink. Semuanya tadi adalah contoh keberhasilan Korea membangun ekonomi kreatifnya, melalui produk drama, musik, hingga makanannya.
Jarak negara ini juga tidak terlalu jauh dari Indonesia, jadi mobilitas mereka lebih mudah kalau harus kembali ke Tanah Air. Begitu pula alamnya, dari beberapa kali kunjungan kami ke sana, juga menarik.
Karena Korea termasuk negara maju, meskipun tantangan tugasnya besar, justru terdapat kesempatan besar di sana untuk membawa keberhasilan negara ini, dapat ditularkan ke Indonesia, sebagai sesama negara G20, yang sekarang presidensi-nya ada di Indonesia.
Duta besar pendahulu Anda memiliki rekam jejak yang istimewa, apakah Anda terbebani, atau malah semakin termotivasi?
Pendahulu saya adalah seorang diplomat karir, pengalamannya luar biasa, panjang dan mendunia. Beliau adalah panutan, yang telah membantu meringankan tugas saya. Di mana kebijakan yang dirintis oleh Yang Mulia Bapak Umar Hadi, tinggal saya lanjutkan, dengan menambahkan kreasi baru nantinya.
“target duta besar adalah membuat trade balance Indonesia positif”
Capaian para pendahulu saya akan menjadi basic dalam rencana kerja saya. Sebelum Pak Umar Hadi, juga ada seorang profesional, Pak John Prasetyo, yang juga telah membangun hubungan bilateral yang erat antara Korea dan Indonesia. Jadi, ini bagus dan menguntungkan. Apresiasi bagi para pendahulu yang sudah meletakkan dasar-dasar kerja bagi saya nantinya. Jadi, saya amat sangat tidak terbebani, justru merupakan complimentary buat saya.
Ide apa yang ingin Anda implementasikan dalam hubungan antara kedua negara?
Pertama, dari sisi ekonomi, yakni perdagangan serta investasi adalah misi utama yang diberikan oleh Pemerintah. Karena datang dari dunia usaha, saya mesti mengajak Korea berpartisipasi dalam proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Melalui Indonesia sovereign wealth fund (Indonesia Investment Authority) misalnya.
Kemudian, kedua negara mempunyai perjanjian Comprehensive Economic Partnership Agreement CEPA, yang membebaskan bea masuk beberapa produk dari kedua negara Kita tinggal meratifikasi perjanjian tersebut, yang sudah ditandatangani bulan Desember tahun lalu. Itu menjadi target saya. Sebelum berangkat, Insya Allah ratifikasi bisa ditandatangani oleh parlemen kita. Dengan begitu, perdagangan antara kedua negara akan meningkat demikian pesatnya. Itu program pertama.
Kemudian ada forum-forum bilateral antara kedua negara. Itu akan terus kami tingkatkan. Begitu pula dialog tingkat tinggi mengenai kebijakan ekonomi dan pembangunan, dan tak lupa kerjasama pengusaha-pengusaha muda dari kedua negara.
Dalam investasi, kami telah mendapatkan komitmen dari perusahaan-perusahaan otomotif yang akan memproduksi electric vehicle di Indonesia, yakni Hyundai, termasuk rencana membangun ekosistemnya, yang memiliki nilai investasi hingga puluhan miliar US dolar di Indonesia.
Kami juga mengincar perusahaan-perusahaan biomedical serta alat kesehatan. Selama ini alat-alat kesehatan Korea terkenal berkualitas, karenanya mereka menjadi target kami untuk dibawa berinvestasi di Indonesia. Agar industri sejenis di Indonesia berkembang, dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan harga yang terjangkau.
Pandangan Anda akan pendapat jika akses pasar di antara kedua negara semakin terbuka, berpotensi lebih banyak menguntungkan pihak Korea dibandingkan Indonesia?
Tentu saja kita harus mendorong pengusaha-pengusaha Indonesia untuk mengekspor barang-barangnya ke Korea. Merchandise seperti batik misalnya, sangat digemari di sana, begitu pula dengan produk kriya. Dibutuhkan upaya ekstra untuk membina pengusaha kita, agar produknya mampu menjangkau pasar Korea. Termasuk melalui optimalisasi Indonesian Trade Promotion Center. Membuka kesempatan bagi pengusaha Indonesia untuk dapat memperkenalkan produknya ke Korea, menjaga kualitas barang-barang mereka supaya dapat di-recognize. Jangan sampai barang yang sudah terjual, kemudian tidak memuaskan konsumennya, karena setelah itu tidak akan terjadi repeat order.
Kemudian memfasilitasi akses pendanaan perbankan kepada perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang di Indonesia untuk diekspor ke Korea. Berikut memperbanyak partnership antara perusahaan Indonesia dengan Korea, sehingga memungkinan barang-barang asal negara kita, turut diproduksi di Korea.
Target duta besar adalah membuat trade balance Indonesia positif, lebih banyak ekspor kita ke Korea.
Pemerintah berupaya menaikkelaskan jutaan UMKM di negeri kita, sementara Korea adalah contoh sukses menggandeng UMKM mereka masuk dalam rantai pasok hingga ke tingkat global. Apa cetak biru keberhasilan mereka dapat kita gunakan di Indonesia?
UMKM akan coba kita tarik masuk ke dalam ekosistem supply chain perusahaan-perusahaan besar Korea yang berinvestasi di Indonesia. Mereka juga melakukan hal serupa di sana.
Kami telah berbicara dengan Chariman Hyundai, yang menyatakan kesiapannya untuk mendukung rencana itu, dengan mengkoordinir supplier yang berasal dari lingkup UMKM menjadi bagian dari supply chain bagi produk electric vehicle di Indonesia. Itu sebagian dari pada program yang akan kita terapkan di Indonesia.
Jika sampai terlaksana, pasti akan mengangkat kelas UMKM kita. Pendampingan UMKM dilakukan dengan supervisi mereka agar produk yang dihasilkan sesuai standar, karena menjadi bagian dari kualitas produk secara utuh.
Lewat hubungan special strategic partnership antara kedua negara, Pemerintah mencoba menjaring lebih banyak lagi industri Korea masuk ke Indonesia. Kaitannya dengan pendidikan vokasi, apakah ada upaya sinkronisasi pola atau kerja sama pengembangan pendidikan vokasi antara kedua negara, mengingat akan semakin banyak industri asal Korea yang masuk?
Pendidikan vokasi menjadi kunci keberhasilan mereka, hingga Korea mampu memproduksi produk berteknologi tinggi yang belum banyak dikuasai orang. Electric vehicle misalnya, adalah barang baru yang serba computerized, memanfaatkan energi yang terbarukan. Tentu membutuhkan skill baru yang belum banyak dikuasai orang dalam membuatnya.
Oleh sebab itu, pada saat bertemu dengan Chariman Hyundai pada waktu itu, saya tawarkan agar mereka membangun politeknik di sini, pendidikan vokasi. Langkah yang banyak dilakukan produsen otomotif Eropa atau Jepang di beberapa negara yang merupakan pasar utamanya.
Lembaga itu yang akan langsung menjawab kebutuhan tenaga kerja terampil. Karena para siswa politeknik belajar sedari awal, mulai dari cara membuka kap mobil, cara merawat mesinnya, cara mereka mengisi listrik, dan lain sebagainya. Semua yang membutuhkan skill, yang tidak pernah ada sebelumnya, sesuatu yang baru, yang hanya didapat dengan mendidik orang secara khusus. Itu harus dilakukan mulai dari sekarang.
Hyundai merespon positif dan meminta kami turut memfasilitasi hal tersebut. Kami mengontak langsung beberapa lembaga pendidikan yang memiliki potensi untuk langsung dikaitkan dengan rencana pendirian politeknik tersebut.
Bahkan kami usulkan jangan hanya politeknik, malah kalau bisa juga sampai ke jenjang pendidikan menengah, SMK misalnya. Untuk pemasaran digital, membutuhkan kehadiran SMK jurusan digital marketing, atau untuk bengkel-bengkel pemeliharaannya nanti, mungkin membutuhkan lulusan SMK dengan spesialisasi pemeliharaan mobil tersebut. Merek sangat antusias. Ini menjadi program kerja utama kami, dari sisi investasi sekaligus penembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk pengembangan industri hijau, apa saja yang Anda lihat potensial dari Korea guna diadopsi industri dalam negeri?
Buat Indonesia, suka tidak suka, kita harus mengikuti tren dunia, yaitu green economy. Korea adalah salah satu negara yang sangat ketat menjalankan Paris Agreement tentang lingkungan dan tentu saja kita dapat mengadopsi apa hal positif yang mereka kerjakan.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah memfasilitasi hal ini dengan kebijakannya menuju penerapan green economy secara bertahap, di tahun-tahun yang akan datang.
Bagaimana Anda melihat President Office Sinar Mas, dan kelanjutannya sepeninggal Anda?
Jadi, President Office di Sinar Mas terdiri dari dua hal utama. Pertama adalah diplomasi, atau berhubungan keluar menjangkau publik, juga pemerintah. Bagaimana agar program perusahaan yang ingin kita lakukan, dapat diterima tak hanya oleh internal manajemen, namun juga pemerintah dan publik. Itu kerja diplomasi. Bagaimana menyampaikannya kepada publik melalui pers misalnya.
“mungkin nanti saya akan menerapkan filosofi ala President Office di sana”
Kedua, ada yang namanya advokasi. Jika diplomasi tidak berhasil, terjadi polemik atau bahkan berkembang menjadi krisis, tentu membutuhkan mitigasi agar dapat segera selesai, di mana semua pihak tidak ada yang merugi, melalui amicable solution, win-win solution, tanpa ada pihak yang mesti kehilangan muka, losing face atau win lose solution. Kira-kira tugas President Ofiice hanya dua itu saja, yang jika dijabarkan akan sangat banyak programnya.
Harapannya, pengganti saya ke depan dapat melaksanakan hal itu, mengembangkan dasar yang sebelumnya telah kita letakkan bersama. Saya yakin mereka sudah cukup memahami dan mampu melakukan pengembangan lebih lanjut ke depan.
Anda akan meng-copy struktur President Office tadi dalam tugas baru Anda?
Sedikit banyak terdapat persamaan antara apa yang saya laksanakan di President Office Sinar Mas dengan apa yang akan saya lakukan di KBRI Seoul. Mungkin skalanya yang berbeda dalam berdiplomasi serta menjadi problem solver di sana, karena menyangkut negara.
Namun prinsipnya tetap melakukan diplomasi dan advokasi. Mungkin nanti saya akan menerapkan filosofi ala President Office di sana.
Penulis: Jaka Anindita
Kontributor: Ruth P. Saragih, Yulrandro Dave
Grafis: Dian Innabimata
Foto: Noveradika Priananta
Tags: Corporate Communications, Dian Innabimata, Duta Besar, Jaka Anindita, KBRI, Kedutaan Besar Republik Indonesia, Korea Selatan, Managing Director Sinar Mas, Noveradika, PR, President Office, President Office Sinar Mas, Public relations, Republik Korea, Ruth P. Saragih, Seoul, Sinar Mas, SMILE Magazine, Yulrandro Dave