“Jadi, dulu Pak Utoro (Chief Operating Officer PT Borneo Indobara, Raden Utoro-Red) men-sharing gambar Masjid Amirul Mukminin di Makassar. Baru di situ tergambar lebih jelas kalau konsepnya adalah masjid apung. Saya membuat beberapa desain dari yang mengapung, sampai yang tidak mengapung, berikut tinggi rendahnya masjid, lengkap dengan biaya operasional pelaksanaan segala macam, sebelum kemudian berkonsultasi dengan dirinya guna memilih model terbaik. Setelah itu, terpilih dua model yang kami ajukan ke Pak Bupati,” demikian Dwi Malvino Irianto saat ditemui di kantornya, Sinarmas MSIG Tower Jakarta, Kamis (21/12/2023) bertutur bagaimana desain masjid karyanya sampai mendapatkan persetujuan Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Hal itu berlangsung di bulan Desember 2018.
Desain menjulang ke atas, dan bukan yang terlampau melebar ke sisi, seperti yang kini dapat dinikmati pada Masjid Apung Ziyadatul Abrar di Pantai Siring Pagatan, terpilih atas pertimbangan dan kesepakatan para pihak bila secara estetika, tampak lebih indah sekaligus megah, selain dari sisi tantangan pembangunannya juga lebih sederhana, dan biayanya pun lebih ekonomis. Prosesnya terbilang cepat, pada hari itu juga, bupati sudah memutuskan memilih konsep dua lantai karena bangunannya terlihat lebih megah dan tinggi. Saya mengerjakan desain dalam waktu seminggu,” ujar Dwi.
Baca juga: Dari Borneo Indobara, bagi Masyarakat Tanah Bumbu
Saat eksplorasi ide, dirinya mengaku lebih banyak mencari referensi seorang diri, hingga akhirnya terinspirasi pada rancang bangun yang banyak terdapat pada masjid di Turki. “Karena memang di project engineering, semua pekerjaan harus kami selesaikan dengan cepat, gak cuma masjid, tapi semua pekerjaan apapun. Karena kami secara berbarengan tidak hanya mengerjakan satu proyek, ada pekerjaan lain juga yang menunggu. Jadi memang ritmenya seperti itu,” kata Dwi mengenai rutinitasnya di Project Engineering & Business Improvement Division PT. Borneo Indobara (PT BIB).
Tentu rancang bangun tak semata mengambil nuansa masjid masa Kekhalifahan Ottoman di Turki. “Oke lah ini masjid apung, tetapi saya berusaha untuk mencari ciri khas bangunan dari Kalimantan Selatan, sampai kemudian melihat ciri khas bangunan di sini adalah berbentuk rumah panggung. Hanya saja bila langsung diadopsi menjadi masjid, kayaknya terlalu biasa. Kemudian saya mencari ide lagi dengan berfokus ke Tanah Bumbu, dan melihat ada perahu layar dalam logo kabupaten. Itu yang saya jadikan referensi, dengan merancang masjid berbentuk seperti perahu layar. Seiring berjalannya waktu, terdapat beberapa revisi dengan memasukkan unsur-unsur lain yang khas di Kabupaten Tanah Bumbu,” kenangnya saat merujuk pada Perda Nomor 26 tahun 2005 tentang Lambang/Logo Kabupaten Tanah Bumbu sebagai salah sebuah landasan pengembangan ide.
Bukan hanya karena terbiasa berada dalam kultur bekerja cepat sekaligus cekat dalam sebuah tim yang kecil, Dwi yang bergabung dengan PT BIB sedari tahun 2016 dan kini menjabat selaku Project Engineering Expert ini memang sebelumnya pernah punya pengalaman mendesain bangunan serupa, meski berbeda besarannya. Persisnya masjid dalam komplek asrama karyawan PT BIB yang berada di Kecamatan Angsana. Tak hanya itu, meski sebetulnya berlatar insinyur teknik perkapalan, seputar merancang areal publik, dirinya juga turut mengembangkan desain kompleks serta lansekap awal UMKM Center Angsana, sebuah jendela bagi masyarakat untuk mengetahui, berikut menikmati sejumlah produk maupun jasa karya usaha kecil binaan perusahaan.
Saat peresmian masjid, hari Minggu 26 Desember 2023, dalam pengantarnya General Manager CSR dan Empowerment PT BIB, Dindin Makinudin sempat berseloroh kepada hadirin di sana ketika memperkenalkan Dwi selaku sosok yang berada di balik desain Ziyadatul Abrar. “Bapak dan Ibu yang sekiranya berencana membangun rumah, kantor atau gedung, dapat meminta bantuan Mas Dwi.” Selepas peresmian, pembangunan akhir masih berlangsung, seperti penyempurnaan akses masuk dari pantai, pemasangan lift dan penuntasan kubah di atas yang akan memunculkan bentuk haluan dan buritan dari pinisi secara utuh, dan meminjam penggalan pidato Chief Operating Officer PT BIB, Raden Utoro dalam kesempatan yang sama, “Dari BIB untuk masyarakat Tanah Bumbu.”
Penulis: Fatimah Azzahra, Jaka Anindita
Grafis: Dede Ilham Fitriana
Foto: koleksi PT BIB, Noveradika Priananta