Sepeda menjadi saksi perjuangan Eka Tjipta Widjaja dalam menjalankan bisnisnya. Sepeda juga bak kehidupan. Ia akan membawa kita sampai ke arah tujuan jika kita semangat pantang menyerah untuk mengayuhnya.
Eka Tijpta Widjaja lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga miskin. Orang tuanya adalah seorang pedagang yang merantau ke Indonesia. Ia pun menyusul ke Indonesia saat usianya masih 9 tahun.
Meskipun ayahnya memiliki toko kelontong, tapi kehidupan mereka terhimpit kemiskinan. Kondisi membuat Eka tidak tinggal diam.
Eka harus merelakan pendidikannya hanya sebatas lulusan sekolah dasar (SD). Setelah berdamai dengan kenyataan, Eka lalu memusatkan perhatiannya untuk memulai usaha kecil-kecilan. Ia membantu ayahnya untuk berjualan dagangan ayahnya seperti permen dan biskuit dari pintu ke pintu menggunakan sepeda. Hal ini ia lakukan untuk membantu perekonomian keluarganya serta membayar utang kepada rentenir. Eka bahkan terpaksa menggadaikan ijazah SD ke sebuah toko grosir untuk dapat kredit barang sebagai modal berjualan.
Tidak peduli apapun cuaca dan medan yang harus ia hadapi, Eka tanpa ragu mengayuh sepedanya yang sarat barang dagangan berkeliling kota Makassar. Pada awalnya, usaha ini tidak membuahkan hasil yang berarti, namun tidak lama kemudian mulai ada yang membeli barang dagangannya.
Saat usianya 15 tahun, ia mulai mengalami perkembangan dalam bisnisnya. Berawal dari sepeda, Eka Tjipta Widjaja kemudian membeli becak untuk menunjang dagangannya. Setelah itu, ia mulai mencoba berbagai bisnis, mulai dari berjualan tepung terigu, semen, hingga menjadi kontraktor kuburan.
Setelah mengalami jatuh bangun, Eka Tjipta Widjaja akhirnya sukses membangun Sinar Mas. Baginya, kesuksesan yang ia raih bukanlah semata-mata karena uang. Semua itu karena kepercayaan masyarakat serta relasi yang ia miliki. Modal terpenting dari usahanya adalah kepercayaan.